Kronologis Kanjuruhan Disaster 2 Versi Panpel Arema, Sudah Ingatkan Jangan Pakai Gas Air Mata

- Advertisement -

Abdul Haris menceritakan kronologis Kanjuruhan Disaster 2 berdasarkan pengamatannya sebagai Ketua Panpel Arema. Sebelum ditetapkan sebagai salah seorang tersangka, peringatan jangan pakai gas air mata sudah disampaikannya kepada pihak pengamanan.

Tragedi ini terjadi usai laga Arema vs Persebaya Surabaya di Liga 1 2022-2023 Pekan 11, Sabtu (1/10/2022) malam lalu. Setidaknya ada 130 nyawa melayang dan ratusan lainnya luka-luka dirawat di rumah sakit.

Haris memohon maaf kepada para keluarga korban karena merasa tidak bisa menangani, melindungi, dan menyelamatkan mereka. Menurutnya, semua pasti tidak menginginkan tragedi itu terjadi, tapi faktanya banyak korban berjatuhan karena kepanikan setelah tembakan gas air mata yang dilepaskan ke tribune.

“Waktu rakor di lapangan tenis Polres Malang bersama kepolisian, match steward, dan Aremania, saya sudah menyampaikan jangan sampai terjadi penembakan gas air mata, harus belajar dari peristiwa tahun 2018. Waktu itu ada 214 korban yang matanya perih, sesak napas, dan satu korban jiwa,” kata Haris.

“Kepada Aremania, saya juga sudah mengingatkan agar bertindak no rasis, no flare, no copet, dan yang masuk stadio harus bertiket.”

Begini Kronologis Kanjuruhan Disaster 2 Sebelum Pertandingan

Abdul Haris menjelaskan kronologis Kanjuruhan Disaster 2 dari proses awal hingga akhir. Proses itu dimulai dari tahap surat-menyurat antara Panpel Arema dengan pihak-pihak terkait.

Untuk proses persiapan pertandingan melawan Persebaya ini, Haris mengaku sudah melengkapinya dengan berbagai macam surat keterangan. Mulai dari surat keterangan dari Satgas Covid, surat penggunaan Stadion Kanjuruhan, surat rekomendasi keamanan dari Polres Malang dan Polda Jawa Timur.

Sekitar 10 hari sebelum laga, direksi klub Arema sudah bersepakat untuk mencetak tiket sesuai dengan kapasitas stadion, yakni 43 ribu. Namun, pada perkembangannya, pada 29 September ada surat dari Polres Malang yang meminta Panpel Arema agar mengurangi jumlah tiket yang dicetak menjadi 38 ribu.

“Saya sampaikan kepada pihak ticketing, lalu ticketing bilang kepada Kabag Ops, Panpel Arema siap menyesuaikan. Namun, arahan dari Kabag Ops agar Panpel Arema menjual tiket dengan jumlah yang sudah terlanjur dipesan Aremania,” imbuhnya.

Kronologi Kanjuruhan Disaster 2 di Lapangan

Abdul Haris pun menjelaskan urutan kronologi Kanjuruhan Disaster 2 di lapangan. Pria yang pernah menjadi Kepala UPTD Stadion Kanjuruhan itu merunut jalannya peristiwa berdasar sepenglihatannya saja.

Menurutnya, peetandingan berjalan sejak menit-menit awal hingga akhir tidak ada kericuhan. Pengamanan fokus di titik-titik yang sudah ditentukan, ada tim medis, dan ambulans berjumlah enam unit, empat unit di dalam stadion, dan dua unit lainnnya di luar.

“Kepada Pak suko saya bilang, ini big match, tolong dipastikan semua pintu, 15 menit sebelum selesai harus dibuka. Pada menit 90+7, tugas kami mengevakuasi pemain Persebaya, Arema, dan perangkat pertandingan, dll). Saya cek ke ruang ganti, memastikan semua aman, dan segera masuk rantis,” ujarnya.

Lalu, Haris kembali ke lapangan pada menit 97+5, menurutnya di dalam sudah ada keributan, Aremania masuk ke lapangan, katanya mau support moril kepada tim kesayangannya. Ada beberapa penembakan gas air mata, ke pinggir lapangan, pintu 13, dan jalur evakuasi antara pintu 12 dan 13.

“Terjadilah kepanikan luar biasa. Saya telepon Pak Suko kesulitan karena suasana crowded. Saya cari Kapolres di luar buat minta bantuan agar dikirim ambulans dan tenaga medis sebanyak-banyaknya. Lalu, saya mendapat info, di depan stadion pergerakan rantis Persebaya dihadang Aremania,” imbuh Haris.

Lantas, Haris kembali ke dalam stadion, dalam kondisi agak pusing dan sesak napas karena efek gas air mata. Haris mau memastikan pemain Arema sudah masuk.

“Saya lihat Maringa di pojok dirangkul Aremania. Saya minta timnya Pak Suko menarik pemain masuk. Saya ke lorong lagi, ternyata sudah banyak saudara-saudara kita yang tergeletak. Mereka mukanya lebam, sesak napas, ada yang sekarat. Bahkan, keponakan saya sendiri juga meninggal,” sambungnya.

“Saya minta tim medis mengirim tabung oksigen, tapi memang terkendala pergerakannya di depan stadion. Saya berinisiatif meminta bantuan aparat untuk membantu evakuasi di pintu 12 dan 13. Saya minta secepatnya, bahkan saya paksa mengirim ambulans, untuk melarikan saudara-saudara kita ke rumah sakit.”

Subscribe channel Youtube kami, ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania.

Artikel Lainnya