Masa pandemi covid-19 ini dinilai sebagai ajang pembuktian bagi penggila sepak bola yang juga pemilik klub. Hal ini diamini General Manager Arema, Ruddy Widodo.
Pandemi ini memaksa kompetisi sepak bola tertunda hingga hampir setahun lamanya. Alhasil, klub peserta Liga 1 2020 pun merana kehilangan pemasukan dari sektor tiket laga kandang dan penundaan uang sponsorship.
Sementara itu, klub tetap harus menggaji pelatih dan pemain, meski maksimal cuma 25%. Khusus Arema, menurut Ruddy, klub masih ada tanggungan pula membayar gaji offisial tim dan karyawan kantor.
“Kondisi seperti ini memang ajang pembuktian bagi pemilik klub. Sejauh mana kegilaan dia di sepak bola. Sebab, kalau hitung-hitungan dagang jelas rugi. Tidak ada pemasukan, tapi tetap harus melakukan pengeluaran,” kata Ruddy kepada WEAREMANIA.
Pembuktian Bagi Penggila Sepak Bola Saat Tak Ada Sepak Bola
Ruddy Widodo menyebut, bagi pemilik klub mungkin tak masalah jika membakar uang di saat kompetisi masih berjalan. Masalahnya saat ini sepak bola tidak berjalan sekarang ini.
Ketika kompetisi berjalan, menurutnya masih bisa dilihat hasil dari membakar uang tersebut. Setidaknya hasil investasi mengontrak pelatih dan pemain bisa dinikmati berupa permainan di lapangan.
“Kalau sekarang kan sudah tidak dapat apa-apa, tetap mengeluarkan uang, tapi tidak ada yang bisa dilihat. Pastinya tidak ada uang muter (cash flow). Orang gila mana yang mau seperti itu?” imbuhnya.
Butuh Sumber Dana Talangan
Ruddy Widodo menegaskan, untuk saat ini pengelola masing-masing klub Liga 1 2020 butuh sumber dana talangan. Sebab, dana subsidi dari PT Liga Indonesia Baru tak bisa dijadikan asupan utama.
“Klub-klub harus pandai-pandai menggali sumber dana, apalagi yang milik pribadi pasti kesulitan kalau cuma mengandalkan uang subsidi dari PT LIB. Contohnya saja Arema yang dalam sebulan harus bayar 500-600 juta rupiah untuk gaji bulanan,” tandasnya.