Protokol Kesehatan Jangan Sampai Menghilangkan Hakikat Sepak Bola

- Advertisement -

Protokol kesehatan yang diterapkan dalam dunia olahraga jangan sampai menghilangkan hakikat sepak bola. Pesan itu disampaikan oleh General Manager Arema, Ruddy Widodo menanggapi rencana PSSI memberlakukan protokol kesehatan yang ketat jika Liga 1 2020 dilanjutkan kembali.

Rencananya, Liga 1 2020 bakal dilanjutkan September atau Oktober dengan protokol kesehatan yang ketat. Kebetulan, protokolnya sudah disusun oleh dokter tim nasional Alwi Syarif dan sejumlah ahli lainnya.

Ruddy tak mempermasalahkan protokol kesehatan tersebut diberlakukan dalam pertandingan sepak bola. Bahkan, memang seharusnya diberlakukan secara ketat.

“Protokol kesehatan dilaksanakan dengan ketat, tapi tidak terlalu ketat sekali. Intinya jangan sampai protokol kesehatan itu menghilangkan hakikat olahraga dari sepak bola itu sendiri. Ada hal (dalam protokol kesehatan) yang bisa dilakukan, ada pula hal yang tidak bisa dilakukan saat ini juga. Guyonannya, pemain tidak bisa melmarking lawan dengan ketat karena physical distancing,” kata Ruddy.

Contoh Menghilangkan Hakikat Sepak Bola

Ruddy Widodo mencontohkan salah satu isi protokol kesehatan yang dinilainya bisa menghilangkan hakikat sepak bola adalah laga yang digelar tanpa penonton. Manajer asal Madiun itu sebenarnya ingin laga tetap digelar dengan penonton dengan jumlah yang dibatasi.

Menurutnya, pada hakikatnya sepak bola itu memang ada penonton, dan tim tuan rumah bermain di hadapan pendukungnya sendiri. Dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat untuk penonton yang hadir di stadion, hakikat sepak bola itu tidak hilang, pendapatan klub dari sektor ticketing juga tetap ada.

“Saya yakin pandemi ini tidak akan hilang dalam waktu dekat, sedangkan industri sepak bola harus bergulir. Makanya, protokol kesehatan yang sudah dibuat itu diterapkan saja sambil berjalan, nanti apa yang kurang bisa diperbaiki di tengah perjalanan kompetisi,” imbuhnya.

Digelar dengan Penonton Bukan Jaminan Stadion Ramai

Ruddy Widodo meyakini, sekalipun regulasi menetapkan lanjutan Liga 1 2020 digelar dengan penonton yang jumlahnya dibatasi, bukan jaminan stadion akan ramai seperti di masa normal. Pria berkaca mata itu menyadari saat ini semua pihak sedang menjalani proses recovery ekonomi.

“Coba nanti diterapkan misal jumlah penonton maksimal 50 persen dari kapasitas stadion, saya yakin tidak akan penuh kuotanya. Semua sekarang sedang recovery ekonomi, termasuk suporter sepak bola. Butuh adaptasi setidaknya tiga sampai empat pertandingan kandang, itu pun belum ada jaminan gairah menyaksikan sepak bola di stadion akan kembali seperti semula,” tandasnya.

Subscribe channel Youtube kami, ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania.

Artikel Lainnya