Mengkritisi Fenomena Perubahan Psikologis Aremania Pasca Tragedi Kanjuruhan

- Advertisement -

Arief Wibisono, penulis buku Sejarah Aremania gusar melihat fenomena perubahan psikologis Aremania pasca Tragedi Kanjuruhan. Hal itu coba dikritisi Aremania asal Gadang tersebut.

Menurutnya, ada banyak hal yang sudah berubah dari sikap Aremania. Khususnya jika mengacu kepada paham Salah Satu Jiwa yang menjadi filosofi bagi arek-arek Malang.

Sebagai Aremania lawas, Arief cukup sedih melihat Aremania yang gampang sekali terprovokasi dan terpecah-belah saat ini. Khususnya dalam menyikapi kasus Tragedi Kanjuruhan.

“Saya titip kalimat bijak buat rekan-rekan, sahabat saya, senior saya, adik-adik saya. Terimalah kekalahan, akuilah kesalahan. Gunakanlah filosofi Salam Satu Jiwa. Pelajarilah arti dan maknanya seperti apa, lalu gunakan dalam kehidupan,” kata Arief kepada WEAREMANIA.

Aremania Pasca Tragedi Kanjuruhan Harus Tetap Menjadi Suporter Teladan

Arief Wibisono menambahkan, dengan lebih menyelami makna yang terkandung dalam kalimat filosofis Salam Satu Jiwa, Aremania bisa tetap menjadi suporter teladan. Baginya, tak penting menjadi suporter hebat jika bisa menjadi teladan.

“Selami apa arti warna biru Arema, InsyaAllah kita menjadi suporter yang teladan. Jangan menjadi suporter yang hebat, tapi suporter teladan. Karena itulan harapan kita-kita dulu mendirikan nama Aremania,” imbuhnya.

“Kita gak mau menjadi dan dijadikan pahlawan, kita hanya memberikan virus, bahwa Arema itu lahir dari kebersamaan. Saya titip pesan tentang kelemahan fenomena perubahan psikis suporter di Malang. Mudah-mudahan ke depannya ada pelangi lebih baik lagi, untuk memberikan nuansa baru.”

Subscribe channel Youtube kami, ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania.

Artikel Lainnya