Mengenang Perjuangan Setyo Budiarto Melawan Tumor Ganas

- Advertisement -

Perjuangan Setyo Budiarto dalam melawan penyakit tumor ganas yang diidapnya begitu luar biasa. Namun, salah seorang legenda Arema itu akhirnya meninggal dunia pada 25 April 2009 silam.

Selepas membawa Arema U-17 menjuarai Piala Suratin U-17 2007, setahun berikutnya perjuangan pria kelahiran Malang, 7 Januari 1972 itu dimulai. Sebagaimana tugasnya sebagai gelandang bertahan saat masih aktif sebagai penggawa Singo Edan, Setyo harus bertahan dari serangan tumor pelvis atau pinggul.

Praktis, selama setahun sebelum meninggal, Setyo terpaksa meninggalkan dunia sepak bola sepenuhnya. Penemu bakat Dendi Santoso dan Johan Farizi ini hanya berbaring tak berdaya di rumahnya, di Jalan Sidodadi, Panggungrejo, Kepanjen, Kabupaten Malang.

Setyo meninggal di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) pada pukul 07.00 WIB di usia 39 tahun setelah tumornya menjalar ke paru-paru dan organ vital lainnya. Pemilik jersey Arema bernomor punggung 17 sejak Liga Indonesia 1998-1999 hingga Liga Indonesia 2002 itu meninggalkan seorang istri dan dua orang anak.

Laga Amal Bantu Perjuangan Setyo Budiarto

Selain penggalangan dana yang dilakukan Aremania, sebelum meninggal, manajemen Arema juga sempat mengagendakan laga amal untuk membantu perjuangan Setyo Budiarto. Laga bertajuk Charity Match itu tetap digelar pada 3 Mei 2009.

Laga amal itu mempertemukan antara Arema Classic Star vs Timnas Classic Star. Sejumlah legenda Arema, seperti Aji Santoso, Mecky Tata, Joko Susilo, dan lain-lain ‘turun gunung’ untuk mengikuti laga amal ini.

Seluruh hasil penjualan tiket laga amal ini memang direncanakan untuk membantu Setyo melewati masa sulitnya. Namun, belum sampai laga digelar, pemain yang pensiun di Arema itu lebih dulu mengembuskan nafas terakhirnya.

Subscribe channel Youtube kami, ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania.

Artikel Lainnya