Pahit Manis Arema di Era ISL

- Advertisement -

Pahit manis dijalani Arema di era ISL (Indonesia Super League) selama kurun waktu 2008 hingga 2014. Yang tak bisa dilupakan Aremania tentu saat Arema menjadi juara ISL 2009-2010 di bawah asuhan pelatih Robert Rene Alberts.

ISL 2008-2009 menjadi era baru kompetisi sepak bola Indonesia selepas era Ligina (Liga Indonesia), di mana kasta tertinggi ini mulai digelar tanpa pembagian wilayah seperti sebelumnya. Dalam kompetisi satu wilayah ini, Arema sempat terseok-seok sebelum akhirnya finish di posisi 10.

Arema baru tancap gas di musim kedua ISL, di mana trofi juara ISL 2009-2010 diboyong ke Malang setelah menduduki puncak klasemen akhir dengan 73 poin. Dari 34 laga, skuad Singo Edan memenangi 23 laga, imbang empat kali, dan kalah tujuh kali.

Selain meraih trofi juara, kiper Arema, Kurnia Meiga juga terpilih sebagai pemain terbaik ISL 2009-2010. Selain hadiah uang tunai, sebagai kampiun, Arema juga berhak berlaga di Liga Champions Asia 2010.

Berganti pelatih kepala ke Miroslav Janu, Arema tetap mengusung semangat mempertahankan trofi juara di ISL musim berikutnya. Namun, Arema mengakhiri ISL 2010-2011 di posisi runner up setelah mengoleksi 52 poin, hasil 15 kali menang, tujuh kali imbang dan enam kali kalah.

Arema di Era ISL Pernah Terpuruk Nyaris Terdegradasi

Di era ISL, Arema pernah terpuruk dan bahkan nyaris terdegradasi seperti yang dialami saat Ligina 2003. Momen pahit itu terjadi di awal adanya kasus dualisme ISL dan IPL, yakni di ISL 2011-2012, di mana Arema finish di peringkat 12.

Arema yang bermodal komposisi pemain apa adanya dan dilatih eks Asisten Pelatih Timnas Indonesia, Wolfgang Pikal terkubur di dasar klasemen awal kompetisi. Bahkan, kemenangan pertama Arema baru diraih di pekan 8 saat mengalahkan PSMS Medan 2-1 di kandang sendiri (22/1/2012).

Musim itu, kandang Arema, Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang sempat kosong karena ditinggalkan Aremania yang memilih nonton Arema yang main di IPL di Stadion Gajayana, Kota Malang. Namun, setelah adanya perubahan komposisi pemain dengan masuknya pemain-pemain bintang di putaran kedua, Arema bisa memperbaiki posisi dan stadion kembali dipenuhi Aremania.

Arema Era Los Galacticos

Setelah terpuruk di musim 2011-2012, Arema berupaya bangkit di ISL 2013 dengan membangun tim berjuluk Los Galacticos. Sejumlah pemain bintang eks top skorer didatangkan, seperti Cristian Gonzales, Beto Goncalves, Greg Nwokolo, Kayamba Gumbs dengan pelatih Rahmad Darmawan.

Sayangnya, modal besar yang sudah dikeluarkan cuma menghasilkan posisi runner up ISL 2013. Lalu, di ISL 2014 yang diganti formatnya menjadi dua wilayah dengan knock out stage, Arema cuma sampai di babak semifinal dan kalah 1-3 dari Persib Bandung.

Perjalanan Arema di Era ISL

ISL 2008-2009 – Peringkat 10 | 34 13 8 13 40-42 47 poin
ISL 2009-2010 – Peringkat 1 | 34 23 4 7 57-22 73 poin
ISL 2010-2011 – Peringkat 2 | 28 15 7 6 52-25 52 poin
ISL 2011-2012 – Peringkat 12 | 34 10 8 16 45-51 38 poin
ISL 2013 – Peringkat 2 | 34 21 6 7 70-33 +37 69 poin
ISL 2014 – Peringkat 1 | 20 14 4 2 49-13 +36 46 poin – Peringkat 2 | 6 3 2 1 14-7 +7 11 poin (babak 8 besar) – Persib 3-1 Arema (Semifinal)

 

Subscribe channel Youtube kami, ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania.

Subscribe channel Youtube kami, ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania.

Artikel Lainnya