Warga Dusun Kajang Lor, Desa Mojorejo, Kota Batu punya cara unik untuk memeriahkan Hari Raya Idul Fitri. Cara unik ini biasa disebut tradisi damar kurung.
Para warga membuat hiasan kertas berwarna-warni, lampion dan damar kurung (kurungan lampu). Benda-benda dengan aneka bentuk ini kemudian digantung di jalanan kampung mereka.
Beberapa hari terakhir di bulan Ramadan, para remaja kampung sibuk melekatkan kertas warna-warni ke benang dan membuat kerangka-kerangka lampion. Sebagian warga juga sibuk menyiapkan damar kurung, yakni sebuah lampu yang diletakkan dalam kurungan. Nantinya damar kurung ini akan dipasang di sepanjang jalan kampung mereka. Ini sudah menjadi tradisi bagi warga Dusun Kajang Lor untuk menyambut lebaran.
“Sudah tradisi turun-temurun sejak zaman nenek moyang. Menyambut Lebaran warga harus membuat damar kurungan,” ujar Hariyanto, Ketua RT 09 RW 04 Dusun Kajang Lor, dikutip dari Malang Times.
Dusun ini selalu dihiasi dengan beragam rupa damar kurung, atau yang lebih keren disebut lampion. Benda berkilauan ini dipasang melintang seperti gapura, berbahan bambu setiap lebaran tiba. Lampion tradsional itu dipasang pada ketinggian dua meter dari pemukaan tanah. Tiap tiang lampion dipasang berjarak setiap satu meter satu sama lain. Seluruh lampion yang dibuat akan dipasang setelah hari H lebaran. Jika sudah terpasang seluruhnya, puluhan lampion ini seolah-olah mengurung Dusun Kajang Lor.
“Pemasangannya setelah sholat Ied. Harus sudah terpasang semua sampai H+7 lebaran dan tidak boleh dilepas sebelum hari yang ditentukan,” papar Hariyanto.
Warga setempat memaknai damar kurung ini sebagai simbol rezeki yang melimpah ruah. Rezeki ini digambarkan dengan melimpahnya cahaya yang menyinari Dusun Kajang Lor.