Jika Anda melewati Alun-alun Tugu yang menjadi ikon kota Malang, tentu Anda pun melewati beberapa sekolah, yakni: SMA Negeri 1, SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 3. Karena lokasinya yang ada di daerah Tugu dan mengelilingi Alun-alun Tugu, ketiga sekolah ini akhirnya memiliki sebutan: SMA Tugu.
Mungkin Anda mengira bahwa SMA Negeri 1 Malang yang ada sekarang telah ada sejak Indonesia belum merdeka, namun rupanya hal tersebut tidak terlalu benar juga. Karena pada saat rezim Jepang berakhir, beberapa gedung di Alun-alun Tugu dibumihanguskan. Sehingga bangunan baru ada sejak zaman Belanda pasca-kemerdekaan.
Singkatnya, awal mula SMA Negeri 1 Malang ini ada karena gerakan dari Sardjoe Atmodjo, yang pada saat Belanda kembali ke Indonesia pasca-kemerdekaan mengajak anak-anak untuk mendirikan sekolah. Pada saat itu, dari pihak republik tidak ada sekolah, bahkan kantor Pendidikan dan Kebudayaan berkedudukan jauh dari kota Malang, yakni di Sumber Pucung kabupaten Malang. Pasca pendudukan Jepang pun yang pada saat itu SMA disebut SMT (Sekolah Menegah Tinggi) banyak dibumihanguskan, hingga membuat saat Belanda kembali tidak serta merta langsung ada lagi sekolah-sekolah, butuh beberapa waktu hingga akhirnya didirikannya VHO (Voorberindend Hoger Ondewijs = Persiapan Pendidikan yang lebih Tinggi).

Namun, pergerakan pendidikan dari Sardjoe Atmodjo ini dianggap illegal karena Belanda memiliki kebijakan yang menyatakan bahwa sekolah yang tidak berlindung pada suatu yayasan dianggap sekolah liar dan harus dibubarkan. Akhirnya pergerakan yang hanya memiliki 7 murid dan tidak memiliki gedung ini berubah menjadi SMT PGI (Persatoean Goeroe Indonesia, perubahan dari Persatoean Goeroe Hindia Belanda, pada tahun 1932), suatu yayasan yang ada pada zaman Belanda sudah ada, atau sekolah ini telah memiliki Hak Sejarah (Historisrecht), sehingga sekolah menjadi tetap bisa dibuka.
Sekolah yang sebelum diganti nama menjadi SMT PGI pernah hanya sekali memiliki gedung yang tepatnya di jalan Kasin, SMA Erlangga sekarang dan mempunyai kelas jauh di SD Ngaglik, Sukun ini saat diganti nama tidak langsung ada di Jalan Tugu Utara No. 1 seperti letak SMA Negeri 1 sekarang. Namun sebelumnya ada di Jalan Arjuno hingga akhinya sejak Senin Kliwon tanggal 17 April 1950 SMT PGI diresmikan menjadi SMA Negeri oleh Pemerintah Republik Indonesia, dengan Kepala Sekolah yang pertama adalah G.B. Pasariboe. Dan berdasarkan sejarah inilah ditetapkan bahwa peringatan hari kelahiran dari SMA Negeri 1 Malang diperingati setiap tanggal 17 April. Sehingga Sardjoe Atmodjo disebut sebagai perintis dari SMA Negeri 1 Malang atau yang sering disebut dengan singkatan SMANSA.

Ketika mengingat SMA Negeri 1 Malang tentu kita pun mengingat juga semboyannya yang bersejarah, yakni: Mitreka Satata. Semboyan itu lahir karena adanya perpecahan di sekolah tersebut karena pengaruh kepartaian politik. Semboyan ini lah yang mempersatukan, Mitreka Satata memiliki arti selalu bersahabat atau bersahabat yang sederajat, arti perkatanya adalah:
- Mitra = teman / sahabat
- Ika = itu, Satu
- Satata = sederajat

Selain Mitreka Satata, Anda tentu mengenal juga istilah IKAMISA yang memiliki kepanjangan IKatan Alumni MItreka SAtata. Solidaritas antar alumni dengan adanya IKAMISA ini tetap terjaga, sehingga alumni dengan murid yang masih bersekolah di SMA Negeri 1 Malang tetap dapat berkomunikasi dan bersilaturahmi. SMA Negeri yang menjadi salah satu SMA Favorit ini pun terkenal juga dengan acara ulang tahunnya yang berjudul NEVASCA, yang pada tahun 2015 telah mengundang Tulus sebagai tamu utamanya.