Malang memang kaya akan budaya, terutama bahasanya. Siapa yang tidak tahu boso kiwalan alias bahasa walikan. Sebut saja kata Ebes yang melegenda itu. Tak hanya boso walikan, Malang juga kata atau istilah-istilah Malangan seperti kata Mbois. Ternyata, beberapa celetukan unik juga sempat muncul di Malang era 90-an. Apa saja?
Celetukan Arek Malang era 90-an
1. Kecelik Bol e Pitik
Ungkapan ini tidak memiliki arti khusus. Namun secara harfiah dalam baha Jawa, kecelik berarti tertipu, terbohongi, atau menjadi ungkapan ketika seseorang tidak mendapatkan apa-apa. Sementara, bol e pitik berarti (maaf) pantat ayam. Celetukan kecelik bol e pitik digunakan anak-anak Malang untuk mengolok-olok teman atau seseorang yang tertipu, atau telat berhasil ditipu/dibohongi.
2. Pi’i de po’eng
Sikap cuek terhadap orang karena mungkin orang itu belum tentu benar adalah salah satu ciri khas arek Malang. Ciri khas itu tertuang pada celetukan pi’i de po’eng yang diucapkan kepada rekan atau teman yang berusaha memberikan nasihat. Seakan-akan sudah mengerti apa yang diucapkan, atau sebuah ungkapan untuk sang pemberi nasehat agar tidak usah mengingatkan.
“Yan, ojok layangan saiki engko memes nesu,” (Yan, jangan main layangan sekarang nanti ibu marah)
“Pi’i de po’eng”
3. Akhiran ‘a’ yang melegenda.
Seperti sudah menjadi bahasa ibu, Arek Malang dan (mungkin daerah lain di) sekitarnya memberikan akhiran ‘a’ pada kalimatnya saat bercakap. Jika dibandingkan dengan daerah Jawa lain, akhiran ‘a’ ini sama dengan akhiran ‘tho’ di bahasa Jawa Tengahan. Contoh kalimatnya seperti,
“Wes nakam a?”
“Budal a?”
“Wis a?”
Tidak heran ada celetukan yang lucu untuk penutur bahasa Jawa Tengahan dari Arek Malang, celetukan itu adalah “Jawa Tengah gak onok aqua (aku a), ono e aku tho“. Unik bukan?
Selain ‘a’, tambahan ‘i’ yang artinya memberikan penekanan terhadap apa yang dilakukan.
“arek e wis mangan i” (anaknya sudah makan kok)
4. Sikile piro?
Celetukan satu ini digunakan Arek Malang untuk membuat teman atau seseorang kesal saat mengajak berbicang. Penyebutannya sangat sederhana yakni dengan menambahkan kata ‘sikil e piro’ (kakinya berapa) pada pernyataan temannya
“Yud ayo dolen” (Yud ayo pergi main)
“Dolen sikil e piro?”
“Dolen yo sikil e loro!” (main ya kakinya dua)
“Loro sikil e piro?”
“Cuk, koen ancen edan!” (Cuk, memang kamu gila)
“Edan sikil e piro?”
Kata ‘sikil e piro’ terus diulang hingga sang lawan bicara marah. Bagaimana, perlukah dipopulerkan lagi?
5. Angak ho
Kalimat angak ho ini sangat populer saat tayangan komedi ‘Kirun, Bagyo, dan Kholik’ yang diputar di tayangan televisi. Mereka selalu melontarkan kata ‘angak ho‘ yang kemudian mendapatkan balasan ‘nyenyek tun‘. Tidak jelas apakah arti celetukan itu bagi masyarakat Malang karena untuk bahasa di Jember ‘angak ho‘ artinya adalah hangat euy.
5. Makmu kiper dan ndogmu anget
Celetukan ini diucapkan Arek Malang untuk memberikan ejekan kepada temannya. Ndogmu anget berasal dari (maaf) telur pada kelamin anak laki-laki. Sementara makmu kiper adalah sebutan untuk ibunya kiper, ejekan ini lumayan kasar.
Baca juga: Warga Malang Suka Sebut Kata Ebes, Apa sih Artinya?