Sedayu, sebuah daerah di Kecamatan Turen memiliki sejarah yang lekat dengan tokoh bernama Mbah Surgi Mangunrono. Beliau konon menjadi seorang petualang yang berjasa dalam ‘babat alas’ dan pemberian nama Sedayu.
Sedah Ayu
Ialah Mbah Asmad, salah satu tetua Sedayu yang menuturkan kisah klasik ini melalui laman resmi Kelurahan Sedayu.
Kelurahan Sedayu dulunya merupakan sebuah desa di wilayah Karesidenan Malang. Dari penuturan para sesepuh, nama Sedayu diambil dari gabungan dua kata, yakni Sedah dan Ayu. Sedah atau yang disebut juga dengan nama daun sirih, dipercaya sebagai tanaman yang sangat banyak dijumpai di kawasan Sedayu tempo dulu.
Dikisahkan dalam sejarah Sedayu Turen, ada seorang petualang bernama Mbah Surgi Mangunrono yang gemar berpindah-pindah mencari daerah singgahan baru. Dalam petualangannya, pria yang tak disebutkan dari mana asalnya itu tak sendirian. Seekor kuda sembrani, alias kuda yang punya kemampuan bisa terbang, yang diberinya nama Kolomercu selalu menemani kemana pun ia pergi dan singgah.
Sampai pada suatu hari, Mbah Surgi Mangunrono dan Kolomercu tiba di daerah yang dipenuhi oleh tanaman Sedah (daun sirih). Tanaman itu tumbuh subur dan liar, namun membuat daerah tersebut tampak ayu karena hijaunya Sedah.
Singkat cerita, Mbah Surgi Mangunrono menamai daerah tersebut Sedayu, berasal dari kata Sedah dan Ayu. Hingga saat ini, nama tersebut tetap dipakai menjadi nama daerah tersebut.
Baca juga: Sejarah Desa Parangargo Wagir dan Bukit Pusaka
Subscribe channel Youtube kami, ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania.