Peningkatan pariwisata dan perekonomian memang ditujukan untuk menciptakan daya tarik bagi wisatawan local hingga interlokal. Selain peningkatan melalui wisatanya, Kota Malang juga sangat memperhatikan pengembangan UMKM. Melalui pariwisata, UMKM juga berperan penting untuk membantu dalam peningkatan secara ekonomi.
Tak berhenti dari hal tersebut saja, di Kota Malang masyarakatnya di anjurkan untuk memiliki kreativitas yang tinggi dengan memberi pengembangan di wilayah atau area permukimannya. Dengan adanya kampung kreatif juga dapat memberi daya tarik tersendiri bagi wisatawan atau pengunjung untuk menikmati kreativitas dari kampung tersebut.
Salah satu kelurahan di Kota Malang yaitu Karangbesuki menjadi kelurahan yang sangat inovatif. Bentuk kreativitasnya tersebut adalah terdapat banyak wisata local dari setiap RWnya. Bahkan dalam satu kelurahan ini memiliki lima kampung tematik yang dikembangkan oleh masyarakat setempat.
Dilansir dari Jawa Pos Radar Malang, Karangbesuki memiliki total 10 RW, dimana 5 RW memiliki kampung tematik dengan ciri khas masing-masing yang telah diciptakan oleh kreativitas masyarakatnya. Kampung tematik tersebut ada di RW 2, RW 3, RW 4, RW 6, dan RW 7. ”Setiap kelompok RW memiliki nilainya masing-masing. Keunggulan yang ditonjolkan di masing-masing kampung tematik itu berbeda-beda,” ujar Lurah Karang¬besuki R. Syahrial Hamid, (29/6).
Salah satunya adalah di RW 3 yang memiliki kampung tematik dengan judul Kampung Telolet. Nama ini diambil darai singkatan terong, Lombok, lele, dan tomat. Nama tersebut digunakan sebab daerah di RW 3 ini memiliki tanah yang subur dan masih sangat asri. ”Sehingga masyarakat memanfaatkannya untuk menanam sayur-sayuran tersebut,” imbuh Syahrial.
Kampung Telolet diangkat karena menurut Ketua RW 3 Soebaryono, hal ini didasarkan pada ide kampung yang berseri. ”Kami ingin menon¬jolkan ciri khas kami, yakni men¬ciptakan kampung yang asri,” katanya. Bukan sebuah kampung tematik yang baru, adanya Kampung Telolet ini sudah ada sejak 3 tahun lalu, dan terus mengalami pengembangan dari pengelolaan yang baik. Dengan waktu yang masih terbilang cukup belum lama, mayoritas pengunjungnya masih hanya masyarakat Kota Malang saja. ”Meskipun mayoritas dari masyarakat kota Malang yang berkunjung,” tuturnya.
Tak hanya Kampung Telolet saja, RW 3 ini juga memiliki situs yang ditonjolkan untuk menarik pengunjung atau wisatawan. Situs tersebut adalah Makam Mbah Mogog. Dalam melakukan pengulasan sejarah situs ini, pihaknya melakukan kerja sama dengan sejarawan Malang. ”Ini (makam Mbah Mogog) juga banyak pengunjung,” imbuh Soebrayarno.
Beralih dari RW 3, wilayah lainnya juga memiliki daya tarik sendiri. Seperti Kampung Sanitair di RW 2. Kampung Religi dan situs Candi Wuring di RW 6. Kampung Edukasi di RW 7 dan Kampung Tangguh di RW 4.
Sementara itu, keberadaan kampung tematik di Kota Malang terus dikuatkan oleh Wali kota Malang Sutiaji. Hal itu dimaksudkan dalam rangka mendukung dan memaksimalkan potensi Kota Malang sebagai wisata heritage dan tematik. ”Kampung yang mempunyai kekhasan masing-masing, termasuk kampung tematik akan kita kuatkan,” ujar Wali Kota Malang Sutiaji, kemarin.