Tradisi ater-ater jelang Lebaran memang sudah umum dijumpai di Malang Raya. Menariknya, tradisi membagi-bagikan makanan kepada saudara dan tetangga sekitar ini biasanya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi anak-anak kecil, karena mereka bisa mendapatkan uang saku lebih cepat sebelum Lebaran tiba.
Tradisi yang dilakukan di dua pekan terakhir bulan Ramadan ini biasa ditemukan di daerah Malang Raya. Namun, di Malang Timur, tepatnya Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, penulis baru menemui bahwa ada tradisi memberikan uang saku (semacam galak gampil) kepada anak-anak yang mengantar paket makanan ater-ater itu.
Tiap rumah atau kepala keluarga biasanya memberikan sebuah paket berupa makanan kepada tetangga dan sanak saudara. Tiap rumah membuat paket makanan sejumlah tetangga dan kerabat yang akan diberi. Biasanya makanan ini dibagikan menjelang buka puasa.
Paket makanan ini kadang ditempatkan di sebuah kotak karton, foam, mangkok plastik ataupun piring. Isinya tentu nasi, sayur dan beraneka macam lauk keringan, seperti ayam, telor, sambal goreng tempe atau kentang, mie, bihun, dan lain-lain. Selain itu, jika beruntung, terdapat buah-buahan seperti pisang, semangka atau yang lainnya.
Yang menarik, di Kecamatan Pakis, tepatnya di Desa Tirtomoyo penulis menemui kebiasaan yang cukup unik dilakukan kepada mereka yang melakukan ater-ater ini. Di desa tempat penulis tinggal tersebut biasanya yang mengantarkan paket makanan untuk diberikan kepada tetangga sekitar itu adalah anak-anak kecil. Usai menyerahkan paket makanan di tangan, si tuan rumah biasanya menyuruh si anak kecil untuk menunggu sejenak. Selembar uang 5000-an atau seikhlasnya biasanya menjadi ‘upah’ tersendiri bagi si anak kecil yang sudah menunaikan tugas dari orang tuanya untuk melakukan ater-ater.
Tradisi ater-ater jelang Lebaran bisa dibilang sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging di sebagian warga Malang sejak dahulu kala, terutama di wilayah kabupaten. Rasanya, akan tampak aneh jika sebuah keluarga tak melakukannya. Tak heran jika beberapa hari jelang lebaran, warga disibukkan dengan persiapan memasak bahan-bahan yang akan dijadikan paket ater-ater.
Secara filosofis, tradisi ater-ater ini memiliki makna ungkapan rasa syukur bisa melalui bulan Ramadan dengan berpuasa penuh. Tradisi ini sekaligus untuk menyambut datangnya Idul Fitri. Begitu pula dengan kebiasaan memberikan uang saku untuk si anak kecil yang melakukan ater-ater merupakan sebuah ungkapan rasa terimakasih atas pemberian makanan itu.