Kota Malang sangat bangga dengan memiliki 22 Kampung Tematik yang menjadikan daya tarik wisatawan untuk dikunjungi. Hal ini nampaknya terjadi hanya saat sebelum pandemi Covid-19 saja. Kini kondisinya juga sudah tidak seramai dulu lagi. Saat masa pandemi, ampung Tematik tersebut harus jatuh bangun untuk mempertahankan eksistensinya di masyarakat dan juga wisatawan. Karena saat pandemi mobilitas dibatasi, sehingga jumlah pengunjung juga menurun secara drastis. Sehingga beberapa kampung ini mengalami mati suri dan terbengkalai akibat tidak adanya pendapatan.
Salah satunya yang terdampak parah adalah Kampoeng Lampion. Kampung ini berada tak jauh dari Kampung Warna-Warni yaitu di Jalan Ir. H. Juanda Nomor 26, Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing. Kampung ini kini sudah hampir menghilang ciri khasnya yang dulu dibanggakan. Kini kampung ini sudah dipenuhi lagi dengan lampion, dan hanya terdapat dua atau tiga lampion yang masih bertengger dengan kondisi yang sudah usang.
Kampung ini karena sudah tidak menjadi destinasi wisata lagi, maka kondisinya kini telah sepi pengunjung, bahkan sudah tidak ada satu pun wisatawan yang berkunjung. Dengan hal ini, maka kampung ini terlihat seperti kampung-kampung biasa saja. Menurut kta pengelola, kampung ini sudah tidak memiliki pemasukan dana, sehingga tidak ada lagi dana untuk digunakan pengembangan kampung ini. “Kita vakum karena terkendala tak ada dana,” ujar pengelola Kampoeng Lampion Moch. Suhaini.
Suhaini mengatakan jika kampungnya ini tidak memiliki suntikan dana dari Pemkot Malang sehingga dengan hal yang demikian, kampung ini tidak dapat merawat lampion-lampionnya yang ada disana, karena perawatannya juga membutuhkan dana.”Perkiraan 99 persen lampion rusak dan usang, sehingga kami lepas,”imbuh Suhaini.
Selain hanya karena masalah dana, kampung ini menjadi tidak berkembang lagi dikarenakan sudah tidak adanya sumber daya manusianya untuk mengelola kampung tersebut. Namun dengan kondisi kampung yang sudah hampir mati, pengelola juga masih ingin menghidupkan kembali kampung tersebut.
Dilansir dari Jawa Pos Radar Malang, selain Kampung Lampion, ada juga Kampung Bamboo Mewek yang juga telah pasif untuk saat ini. Lokasi kampung ini berada di Kelurahan Tunjungsekar Kecamatan Lowokwaru. Pengelola Kampung Bamboo Mewek Andri Tri Jayadi mengaku bahwa tempat yang berkonsep alam dan ada wahana di dalamnya itu sementara tidak menerima pengunjung. “Karena ada perbaikan fasum (fasilitas umum) di antaranya akses jalan, sarana mandi, cuci, dan kakus (MCK), serta listrik” kata Andri.
Pengunjung dari tahun lalu juga tidak banyak dan cenderung sepi. Pengelola juga hanya mengandalkan event tertentu saja untuk menarik pengunjung untuk datang. Misalnya, event perkemahan anak sekolah. Hal ini dikarenakan tempat ini sering digunakan untuk kegiatan outbond dan kegiatan kemah. Terkait suplai dana, Andri tak ambil pusing. Pasalnya Kampung Bamboo Mewek mendapat bantuan dana perbaikan dari Jaringan Aspirasi Masyarakat (Jasmas) Provinsi Jawa Timur, Kelurahan Tunjungsekar dan masyarakat sekitar.
Meski masih berada di tengah hantaman pandemi Covid-19, Forum Komunikasi Kelompok Sadar Wisata (Forkom Pokdarwis) Kota Malang terus berupaya untuk mempertahankan geliat 22 Kampung Tematik. ”Stagnan baik dalam aktivitas rutin maupun event. Hal ini karena tidak ada pengunjung,” ujar Ketua Forkom Pokdarwis Kota Malang Ki Demang Isa Wahyudi.
Pihak pengelola kampung tematik juga perlu bersikap adaptif dengan perubahan zaman. Perlu upaya dengan memanfaatkan warga setempat yang memiliki bakat dan potensi. Selain itu, perlu adanya re-desain kampung yang berbasis ekonomi kreatif. Pengelola juga harus berani memberikan jaminan agar kampung dapat menjadi sumber penghasilan bagi warganya. Sehingga kampung dapat terus berkembang dengan berbagai bentuk kreativitasnya.