Sebagai pemain muda, Mikael Tata memilih belajar ketimbang bersaing dengan bek sayap kiri senior Arema, Johan Farizi. Posisi tersebut akan diperebutkan kedua pemain di Liga 1 2023-2024.
Posisi Farizi memang nyaris tak tergantikan di sektor pertahanan Arema dalam beberapa musim terakhir. Pemilik jerey bernomor punggung 87 itu hanya akan absen jika mengalami ceder atau terkena akumulasi kartu.
Sementra, Tata didatangkan sebagai pesaing di posisi yang sama. Pemain berdarah Papua kelahiran Jakarta itu menggantikan polsisi Fardan Harahap yang sebelumnya sempat gabung Arema, tapi kemudian dikembalikan lagi ke PSMS Medan.
“Saya pribadi masih harus belajar lagi dari Mas Jhon (sapaan akrab Farizi), saya selalu mengikuti dia. Saya melihat apa yang menjadi kekurangan saya, dan bisa melihat darinya untuk berbenah. Gak ada persaingan, saya hanya akan memberikan yang terbaik buat Arema,” kata Tata.
Bek Sayap Kiri Senior Arema Bantu Proses Adaptasi
Mikael Tata menegaskan peran penting para pemain senior di Arema, seperti Johan Farizi. Menurutnya, mereka sangat membantu dalam proses adaptasinya di Arema.
“Puji Tuhan, saya bisa beradaptasi dengan baik. Senior-senior dan teman-teman di sini rata-rata bisa membaur dengan pemain muda. Saya bersyukur,” imbuhnya.
“Apalagi ada teman-teman saya dari Timnas (Indonesia U-16, U-19, dan U-20) juga. Seperti Arkhan (Fikri), (Achmad) Maulana, dan Ginanjar (Wahyu). Mereka juga sangat membantu proses adaptasi saya,” pungkasnya.
Inspirasi Dari Bek Kiri Idola
Mikael Tata mengaku mengidolakan dua bek sayap kiri. Pertama bek sayap kiri Brasil, Marcelo, dan kedua Ruben Sanadi yang sama-sama berasal dari Papua dengannya.
“Kalau bek kiri lokal idola saya kakak Ruben Sanadi, kalau dari luar Marcelo. Tapi, kalau pemain belakang yang menginspirsi saya justru Sergio Ramos, saya suka karena sliding-slidingnya. Saya biasa menonton video-video Ramos dan Marcelo untuk belajar,” tandasnya.