Dusun Pendem Kota Batu memiliki situs candi yang telah di ekskavasi sebanyak 4 kali namun hal yang dilakukan ini masih belum tuntas. Ekskavasi ke lima atau lanjutannya akan dilakukan pada tahun ini, namun masih harus menyelesaikan pengurusan pembebasan lahan.
Dilansir dari Jawa Pos Radar Malang, Juru Kunci Situs Candi Pendem Kota Batu Anton Adi Wibowo mengungkapkan, jika kondisi situs Candi Pendem saat ini memang memiliki jumlah pengunjung yang sepi. Bahkan terakhir hanya ada kunjungan sekitar 2 hingga 10 orang saja. Jumlah pengunjung yang berkurang drastic ini terjadi sejak sebelum pandemic Covid-19.
Anton merupakan penemu pertama Situs Candi Pendem menyampaikan jika penemuannya ini terjadi secara tak disengaja saat hendak melakukan penanaman pohon. “Situs Candi Pendem ini ditemukan sekitar tahun 2019, awalnya saya mau menanam pohon alpukat di tanah wakaf makam keluarga. Lalu, saya menemukan struktur 3 bata. Karena penasaran saya gali, ternyata panjangnya 2,10 meter,” jelasnya.
Selanjutnya Anton langsung melaporkan ke Kepala Desa Pendem dan Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu untuk dilakukan pengelolaan lebih lanjut. “Masyarakat sekitar saja tidak menyangka ada situs candi dengan struktur dari batu bata yang terbilang kuno,” ujarnya.
Saat masa pandemic, penemu situs candi ini rutin melakukan perawatan serta pembersihan area situs. Seperti pembersihan rerumputan dan apapun yang membuat area kotor. Bahkan untuk siapapun yang ingin berkunjung ke situs ini diharuskan untuk melakukan perizinan terlebih dahulu. Sebab hal ini dikarenakan bebatuan candi memiliki kekuatan yang lemah atau bentuknya yang mudah rapuh, sehingga untuk menjaga itu harus berhati-hati.
Melalui pantauan Radar Batu, Rabu (6/7) terlihat situs candi ini tengah dilakukan pengamatan sebagai situs bersejarah. Saat dikonfirmasi kepada salah seorang arkeolog Dwi Cahyono, telah disampikan jika sudah ada 4 kali ekskavasi sejak situs Candi Pendem ditemukan warga. “Sudah 4 kali ekskavasi itu bukan berarti tahapannya sudah selesai. Jika dilihat yang sudah ditemukan sampai penggalian terakhir yakni baru struktur candi induk, reruntuhan tubuh dan atap kemuncaknya roboh,” paparnya.
Dwi juga menambahkan jika saat ini bagian yang terlihat adalah kaki candid an hal ini masih menjadi misteri apakah ada lapisan lagi atau tidak. “Jadi, kita masih belum mengetahui permukaan tanah asal. Kalau ada ekskavasi lanjutan maka harus bertemu permukaan tanah asal,” jelasnya.
“Saat ini, jika diukur dari titik galian tertinggi dengan kedalaman yakni 120 meter. Untuk itu, kemungkinannya masih dapat digali sekitar 1 meter lagi untuk menentukan seberapa tinggi tubuh candi,” sambungnya lagi.
Untuk ekskavasi lanjutan ini perlu meluaskan penjuru sekitar dan masih terkendala pada pembebasan lahan. Hal ini dikarenakan total lahan 1.500 meter persegi di area situs ini adalah milik keluarga atas nama almarhum Mbah Wiji. Sedangkan untuk tambahannya dengan luas sekitar 500 meter persegi adalah untuk wakaf tanah makam keluarga.