Kota Malang tak hanya memiliki banyak tempat wisata dan kuliner saja yang terkenal. Di Malang, masyarakatnya juga memiliki kreatiivitas yang tinggi dalam mengembangkan wilayah perkampungannya. Kini semakin banyak lagi kampung tematik yang kembali dikembangkan setelah dibiarkan saat masa pandemic dua tahun terakhir ini. Selain Kampung Warna-Warni, Kampung Biru Arema, Kampung Tridi yang semuanya ini telah banyak dikenal masyarakat dan wisatawan, Kota Malang juga memiliki Kampung Heritage Teman atau Temenggungan Asri dan Nyaman yang ada di Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Klojen.
Sebelum berkembang menjadi kampung tematik seperti saat ini, ini merupakan sebuah kampung yang kumuh dan seperti tak terurus. Dengan adanya program Kotaku (Kota Tanpa Kumuh) dari Kementrian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Kemen PUPR), kampung kumuh tersebut berubah menjadi kampung dengan daya tarik bagi pengunjung dan masyarakat lainnya karena berubah menjadi llebih bersih, rapi dan menjadi kampung heritage.
Dengan masyarakatnya yang kreatif, kampung tersebut berubah menjadi kampung heritage yang tak hanya menonjolkan suasana tempo doeloe saja, tetapi juga banyak menonjolkan soal pengembangan produk ekonomi dari produksi keluarga. Hal ini dikerjakan dengan dibentuknya Komunitas Pasar Ibu Kebaya “Wanita Tangguh”. Sehingga dari sini, masyarakatnya secara bersama-sama untuk memiliki produktivitas dan hasil yang bernilai ekonomis. ”Komunitas tersebut beranggotakan ibu-ibu yang konsisten terhadap pengembangan produk-produk ekonomi dari keluarga atau rumah tangga,” ujar Lurah Sukoharjo Januar Agung Rizaldhi sesuai dengan kutipan dari Jawa Pos Radar Malang.
Produk yang dipasarkan ini berupa hasil produk khas Sukoharjo yang berupa berbagai jenis makanan, jamu-jamuan, hingga produk batik Temanggung. Yang membedakan antara batik Sukoharjo dengan batik lainnya adalah khas gambar burungnya. Khas ini memiliki ceritanya sendiri dibalik gambar burung tersebut. ”Untuk batik memang motif utamanya burung, karena di sini terdapat makam yang dikeramatkan,” kata Januar.
Ditambahkan kembali oleh Januar, jika cerita burung ada karena di Sukoharjo yang memiliki makam keramat selalu terjadi burung mati saat melintasi diatas tanah makam tersebut. Sehingga dibuatlah khas batik dengan icon gambar burung, sesuai juga dengan ikon Kampung Temanggung. ”Menurut masyarakat, burung yang melintas di atas makam konon selalu jatuh. Dari sana lahir ide, kalau burung seperti ikonnya kampung Temenggungan,” tambahnya.
Sebelumnya, masyarakat di Sukoharjo bukanlah orang yang memiliki ahli membatik, sehingga kemampuan membatiknya adalah hasil dari ketekunan belajar membatiknya. ”Mereka belajar selama tiga tahun, hingga akhirnya piawai membuat batik sendiri seperti sekarang,” kata dia.
Sehingga Januar kedepannya ingin menonjolkan produk yang telah dibuat dan ditekuni oleh komunitas tersebut, sehingga dapat menjadi sumber daya ekonomi kreatif Kelurahan Sukoharjo. ”Yang kami kuatkan adalah wisata budaya. Makanya, lurah-lurah ini menggali potensi di masingmasing wilayahnya. Ya potensi budaya, potensi lingkungan dan lain-lain,” ujar Bupati Kota Malang. Menyinggung soal keberadaan kampung heritage Taman di Sukoharjo ini, Sutiaji juga berencana unutuk menghubungkan dengan kawasan pecinan di area Pasar Besar. ”Sehingga ini nantinya menjadi kekuatan yang tidak dimiliki kabupaten/ kota lain,” katanya.