Kebutuhan primer memang menjadi hal wajib bagi manusia untuk selalu dipenuhi setiap harinya. Hal ini termasuk kebutuhan pangan yang merupakan pokok wajib bagi manusia. Di Kabupaten Malang sendiri, harga bahan pokok nampaknya tidak mengalami penurunan harga secara drastis. Setelah meroket sejak sebelum Bulan Ramadhan karena tingginya permintaan, kini harga bahan pangan di pasar-pasar tradisional masih juga tinggi.
Naiknya harga produk memang dipengaruhi dengan teori dasar ekonomi. Hal ini disebabkan karena banyaknya jumlah permintaan sehingga menyebabkan harga barang tersebut juga meningkat. Selain karena persoalan tingginya permintaan, harga barang yang naik juga dapat disebabkan karena mahalnya distribusi produk itu sendiri. Apalagi jika barang membutuhkan pengemasan khusus untuk menghindari kerusakan, maka ini juga menjadi alasan harga jualnya mahal.
Dilansir dari Kawa Pos Radar Malang, pasar tradisional di Kabupaten Malang masih menentukan harga dengan tinggi. Khususnya ada pada daging ayam dan beberapa produk sayur lainnya yang hal ini menunjukkan kenaikan harga dari sebelumnya. Kenaikan harga tentu sudah terjadi pada saat Bulan Ramadhan lalu, namun nampaknya juga pedagang masih memberi harga tinggi bahkan lebih mahal dibanding saat Ramadhan. Endang yang merupakan salah seorang penjual daging ayam di Pasar Gondanglegi mengungkapkan jika kenaikan harga daging ini masih terjadi, bahkan lebih tinggi dari saat Bulan Ramadhan lalu.
“Sekarang harga daging ayam Rp 34.000, harga ini juga sudah naik dibanding dari tanggal 31 yang masih Rp 33.000” ungkap Endang (1/6).
Soal kebijakan pemerintah yang baru tentang pelonggaran pada masa pandemi Covid-19 ini juga dapat menjadi salah satu alasan. Sehingga pasar juga melakukan penyesuaian pasca pandemi Covid -19. Harga-harga yang ada juga disesuaikan berdasarkan hal tersebut. Namun dengan hal ini masyarakat juga tetap mengeluh akibat harga kebutuhan pokok yang tak kunjung turun. Penurunan harga tetap ada terjadi namun tidak memberi pengaruh banyak yang menyebabkan penurunan secara drastis bagi konsumen.
Beralih dari sudut pandang pembeli, tingginya harga jual juga harus kembali pada pengeluaran pada proses produksinya. Karena hal ini tidak akan ada produk yang siap jual apabila tidak melewati proses produksi. Produsen juga tak sedikit yang mengeluhkan soal pengeluarkan yang dirasa juga semakin tinggi.
Peternak telur ayam yang banyak merasakan soal tingginya pengeluaran produksi. Masalah ini disebabkan karena harga pakan ayamnya sendiri memang juga tergolong mahal, sehingga untuk harga telurnya jika tidak tinggi tentu peternak akan mengalami rugi. Pakan ayam petelur sendiri juga beraneka ragam, ada yang murah ada pula yang tinggi. Namun kembali lagi pada kualitas produksinya, dengan harga pakan yang murah tentu telur yang dihasilkan kurang maksimal dibanding dengan ayam petelur dari hasil pemberian pakan dengan kualitas tinggi.
Sehingga terdapat banyak faktor yang menyebabkan kenaikan harga di pasar itu terjadi, penentuan harga ini juga dapat berbeda antara daerah satu dengan lainnya. Karena proses distribusi atau rantai distribusi yang berbeda, maka dapat juga menyebabkan kenaikan tersebut. Barang dengan rantai pasar atau proses distribusi yang panjang, maka penjualan akhir sebelum ke konsumen juga akan lebih tinggi dibanding barang yang diambil dari produsennya langsung. BACA : Jembatan Tunggulmas masih belum terapkan satu arah.