Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Malang memberi dampak serius khususnya bagi para peternak sapi perah. akibatnya juga berpengaruh pada koperasi yang menaunginya. Dengan terjdinya wabah PMK, membuat sapi-sapi perah memiliki jumlah produksi susu yang menurun. Hal ini menyebabkan koperasi SAE mengalami kerugian sebesar Rp 3 Miliar.
Dilansir dari Malang Posco Media, Sekretaris Koperasi SAE Pujon, Nur Kayin menjelaskan kerugian tersebut dikalkulasi sejak wabah PMK ini terjadi di Pujon pada 18 Mei 2022 lalu. Ia merinci, penurunan produktifitas susu mencapai 40 persen. Dari yang semula sebanyak 120 ton susu dapat diproduksi per hari, saat ini hanya tinggal 70 ton per hari nya. “Kerugian mencapai Rp 3 Milyar antara bulan Mei sampai Juni, jadi penurunan bertahap sejak PMK muncul, dari 120 menjadi 116 dan turun terus sampai hari ini titik terendahnya 70 ton,” jelas Kayin.
Pihaknya juga menjelaskan, hal tersebut memang hingga saat ini berkomitmen untuk tetap membeli susu hasil perahan peternak dengan harga normal. Yakni di harga sekitar Rp 6.100 per liternya. “Kenapa demikian? karena memang dalam hal ini peternak dalam kondisi sulit, makanya kita berkomitmen memberi pelayanan yang terbaik kepada peternak,” terangnya.
Namun kendati demikian, Kayin juga perlu mengeluarkan biaya untuk pengobatan sapi yang sakit. Bahkan, penurunan tarif tersebut mencapai Rp 28 juta per harinya.
Sedangkan untuk jumlah populasi di Pujon sendiri sebanyak 21.286 ekor. Dan untuk sapi yang terpapar PMK mencapai sekitar 5.400 ekor. Tak hanya memberi pengobatan untuk sapi sakit saja, tetapi juga pemberian nutrisi yang baik untuk sapi juga penting dilakukan untuk menjaga kesehatan dan daya tubuh sapi tersebut.
Walaupun sapi-sapi sudah menerima pengobatan dan nutrisi yang baik, susu yang dihasilkan tersebut tak dapat digunakan. Sebab adanya kontaminasi residu antibiotik dari sapi yang ber-PMK, sehingga tak layak konsumsi. Dengan hal seperti inilah, kerugian koperasi memnjadi tinggi. Untuk menutupi kerugian operasional yang sangat besar, pihaknya pun terpaksa harus memutar otak. Salah satunya dengan menjual aset yang dinilai kurang begitu bermanfaat. “Karena pada dasarnya aset ini milik anggota dan dalam hal ini membutuhkan, ya kita akan lakukan itu untuk menutupi,” tandas Kayin.