Jalan Ijen menjadi salah satu jalan utama di kota Malang. Jalan ini setiap hari selalu ramai dilewati kendaraan dari segala arah, namun keramaiannya masih dalam taraf tertib. Selain itu, jalan ini termasuk jajaran jalan raya yang kaya akan nilai sejarah.
Jalan Ijen termasuk jalan poros di kawasan dengan nama-nama gunung, seperti Bromo dan Semeru. Jika dilihat dari segi sejarah, di kanan kiri jalan ini, Anda akan menemukan beberapa bangunan lama peninggalan masa Hindia Belanda. Peninggalan masa Hindia Belanda di jalan Ijen berupa perumahan berbentuk vila dan gereja.
Sebagian bangunan masih ada yang mempertahankan bentuk aslinya, namun sisanya sudah ada yang berganti menjadi bangunan baru.
Dilansir dari Kompas, di masa Hindia Belanda, kawasan yang biasa disebut dengan bergenbuurt atau kawasan jalan gunung-gunung itu merupakan daerah elit yang banyak dihuni bangsa Belanda dan bangsa- bangsa dari negara Eropa lainnya.
Di masa Hindia Belanda, kawasan itu juga disebut sebagai kota mandiri. Di sekitar kawasan itu terdapat sejumlah fasilitas yang menunjang aktivitas keseharian warga. Seperti keberadaan Gereja Katedral sebagai tempat ibadah, bangunan sekolah, Pasar Oro-oro Dowo sebagai pusat perdagangan dan lapangan pacuan kuda sebagai tempat hiburan.
Lapangan pacuan kuda diperkirakan berada di lokasi yang sekarang menjadi bangunan Politeknik Kesehatan Kemeterian Kesehatan (Poltekkes).
Sejarah Pembangunan Jalan Ijen
Dilansir dari Kompas, kawasan itu dibangun oleh seorang arsitek asal Belanda, Herman Thomas Karsten sejak sekitar tahun 1935. Dwi Cahyono, Arkeolog Universitas Negeri Malang menjelaskan bahwa ada delapan tahap perencanaan pembangunan di Kota Malang pada masa itu. Sementara Jalan Ijen merupakan tahapan pembangunan yang ke-5.
Ketika itu, pembangunan dimulai dari perempatan Bareng atau perempatan Jalan Kawi hingga ke Gereja Katedral. Beberapa tahun kemudian, pada pembangunan tahap ke-7, jalan ini dikembangkan mulai dari Gereja Katedral hingga ke perempatan Lonceng di Jalan Bandung.
Jika dibandingkan dengan jalan raya lainnya, Jalan Ijen merupakan jalan yang paling elok dipandang. Yang membuat elok adalah adanya jalan kembar yang di tengahnya terdapat taman indah yang menghiasi. Di sepanjang jalan Ijen juga terdapat pedestrian dengan nuansa pohon palem.
Setiap hari Minggu, selalu ada CFD (Car Free Day) mulai dari jam 6 hingga 9 pagi. Selain bisa jalan-jalan sehat di CFD tanpa adanya asap kendaraan, Anda juga bisa menikmati jajanan dan berbagai macam barang yang dijajakan disana. Jadi, Jalan Ijen juga bisa dijadikan tempat untuk melepas penat di kala libur.
Discussion about this post