Candi identik dengan relief pada dindingnya. Setiap relief memiliki cerita dan makna masing-masing. Di Malang, terdapat beberapa candi salah satunya Candi Jago yang terletak di Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang. Dalam Relief Candi Jago, salah satu ceritanya adalah relief Mahabharata.
Jika dilihat, relief dalam Candi Jago terbagi menjadi 6 segmen cerita. Untuk dapat membacanya secara runtut, bisa dilakukan dengan cara melawan arah jarum jam. Hal ini karena disesuaikan dengan arah dan orientasi saat candi dibangun.
Enam segmen tersebut adalah relief binatang, relief Anglingdarma, relief Kunjakarna, relief Arjunawiwaha, relief Krisnayana, dan relief Mahabharata. Pahatan relief Mahabarata merupakan yang paling lebar daripada kelima relief lainnya. Cerita Mahabharata yang terdapat disini merupakan salah satu bagian dari hasta dasa parwa (18 bagian) kisah Mahabharata.
Relief Mahabharata di Candi Jago
Dalam segmen Mahabharata di relief Candi Jago, cerita bermula saat Pandawa dan Kurawa berjudi dadu untuk bertaruh kekayaan. Kemudian, relief ini menceritakan tentang kehidupan Pandawa yang hidup di hutan setelah diusir dari kerajaan.
Sejak kecil, Kurawa dididik oleh seorang paman yang licik, Sengkuni. Mereke terbujuk oleh pamannya untuk menyingkirkan Pandawa dari kerajaan. Pada suatu ketika, Kurawa lalu berjudi dan bertaruh segalanya dengan Pandawa. Kurawa mempertaruhkan kerajaan beserta isinya, semua harta, dan bahkan wanita. Berkat taktik yang sudah disusun Sengkuni, Pandawa pun mengalami kekalahan.
Salah satu yang menjadi taruhan dalam perjudian ini adalah wanita. Sosok yang dipertaruhkan ini adalah Dewi Drupadi yang cantik jelita. Namun Pandawa tidak terima karena mereka dekat dan memiliki hubungan baik dengan Dewi Drupadi. Hal ini ditunjukkan dari sikap Drupadi yang menguatkan Pandawa saat melawan Kurawa di perang Baratayuda.
Saat pertaruhan itu terjadi, Dursasana, salah satu anggota Kurawa mempermalukan Drupadi dengan cara menarik pakaian Drupadi. Sehingga, Drupadi telanjang dan akhirnya ia berusaha menutupi tubuhnya kembali dengan membuka gelungan rambutnya. Gelungan rambut Drupadi ini menginformasikan bahwa tradisi menggelung rambut telah ada sejak dulu.
Rambutnya yang panjang tersebut ia gunakan untuk menutupi tubuhnya sebagai pengganti pakaian. Drupadi telah bersumpah akan terus menutupi tubuhnya dengan rambutnya sampai ia dapat keramas menggunakan darah Dursasana yang telah meninggal.
Akibat kejadian tersebut, akhirnya Pandawa memutuskan untuk pergi dari kerajaan dan menuju hutan. Tidak hanya anggota Pandawa saja yang pergi, tetapi mereka juga membawa serta Kunti (ibu Pandawa), Drupadi, dan punakawan (pembantu dan pengasuh Pandawa).
Baca Juga: Candi Singasari, Candi dengan Sejuta Sejarah
Subscribe channel Youtube kami, ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania.