Ngantru, sebuah nama desa di Ngantang, Kabupaten Malang. Bukan desa biasa, Ngantru merupakan salah satu desa kuno Ngantang yang berdiri berkat babat alas alias bedah kerawang hutan belantara. Nama Ngantru sendiri dalam bahawa Jawa berarti menunggu atau istirahat. Mengapa begitu?
Sejarah Desa Ngantru, Ngantang
Salah satu versi sejarah Desa Ngantru, ceritanya bermula berkat kedatangan Ki Demang Radi Kupo, seorang penggawa Kerajaan Mataram. Masyarakat meyakini bahwa beliau adalah tokoh penting yang pertama kali membuka dan membabat alas pada wilayah tersebut.
Wilayah hutan yang dekat dengan lereng Gunung Amping ini sejatinya adalah sebuah daerah yang cukup menyeramkan. Tak hanya jauh dari pemukiman penduduk, wilayah ini juga terdapat banyak binatang buas. Sehingga dahulu beredar sebuah kepercayaan yang populer seperti ‘Jalmo moro, Jalmo mati’. Artinya, siapapun yang datang pasti akan mati.
Alkisah, saat membabat alas, Ki Demang tidak melakukannya sendirian, melainkan bersama-sama dengan beberapa pengikut/pengawalnya. Mereka adalah Ki Rajekwesi, Ki Joko Untung, Ki Jalijarang, Ki Tedjo Sadewo, Ki Jenggot Samber Nyowo, Ki Sunan Muliono, dan Ki Kartubi. Dalam perjalanannya menuju hutan, rombongan ini bermaksud untuk beristirahat pada sebuah wilayah yang bernama Brukan. Tempat ini merupakan perbatasan Desa Ngantru dan Banturejo, Ngantang.
Bedah Kerawang Desa Ngantru
Desa Ngantru memiliki pesona alam yang luar biasa karena letaknya yang dekat dengan pegunungan. Hal ini lah yang menjadi alasan Ki Demang untuk beristirahat sejenak. Tak hanya itu, beliau kemudian juga memutuskan untuk membuka hutan dan menjadikannya lahan yang subur untuk berocok tanam. Dari sini lah masyarakat eyakini bahwa Ki Demang dan kerabat alias pengikutnya adalah Bedah Kerawang Desa Ngantru, Ngantang. Alias orang yang pertama kali tinggal.
Hingga beliau wafat, kepemimpinan Desa Ngantru beralih ke tangan Ki Rajek Wesi. Berbeda dengan kondisi saat ini, dahulu belum ada sistem pemerintahan yang tertata. Hal ini berlanjut hingga sampai pada kepemimpinan seorang bernama Yung Darinah. Ia membentuk sistem pemerintahan dan akhirnya memberi nama daerah ini dengan sebutan “Ngantru” yang berasal dari kata Antru yang berarti menunggu
Ritual Selamatan Desa
Dalam rangka menghormati jasa leluhur yang telah bedah kerawang Desa Ngantru, masyarakat secara rutin mengadakan ritual berupa Selamatan Desa. Kegiatan yang dimaksudkan sebagai simbol rasa syukur ini diadakan setiap selasa kliwon setelah panen padi.
Selayaknya ritual, dalam kegiatan ini terapat langkah-langkah wajib yang sakral dan penuh makna. Mulanya, masyarakat harus melakukan penyembelihan ayam cemani/ ayam hitam dan kerbau. Daging kerbau akan dibagikan kepada seluruh warga untuk dijadikan lauk pauk untuk acara kenduren atau selamatan di Balai desa ataupun beberapa tempat yang dikeramatkan oleh warga (dekat sumber air). Puncak acara kemudian akan ditutup dengan hiburan khas orang jawa yaitu kesenian langen beksan atau tayub.