El Kepet Ungkap Latar Belakangnya Menjadi Dirigen Aremania

- Advertisement -

El Kepet menjadi dirigen Aremania sejak tahun 1998 ketika awal berdirinya Aremania. Ternyata ada ketidaksengajaan yang melatarbelakanginya memutuskan naik ke pagar untuk memimpin para pendukung Arema nge-chant di Stadion Gajayana, Kota Malang untuk pertama kalinya.

Cerita bermula dari saat Arema pindah homebase ke Stadion Brantas, Kota Batu karena Stadion Gajayana direnovasi. Kepet mengisahkan dalam channel YouTube pemain Arema, Dendi 41 Santoso, mendukung Arema di stadion tersebut bagaikan di Stadion San Siro, Milan, Italia, lantaran suasananya berkabut.

Di stadion tersebut, menurutnya menjadi awal mula kelompok pendukung Arema nge-chant. Saat itu chant-chant mereka terinspirasi oleh chant ‘Ole, ole, ole, ole’ yang populer di Piala Dunia Mexico 1986.

“Meski Arema bertanding sore hari, banyak suporter yang kedinginan. Lantas, kami nge-chant ‘luwe, luwe, luwe, luwe’. Kedinginan memang membuat kami kelaparan. Kebiasaan nge-chant itu lantas terbawa saat Arema kembali berhomebase di Stadion Gajayana usai direnovasi,” kata Kepet.

Menjadi Dirigen Aremania karena Cita-citanya

Saat Arema kembali ke Stadion Gajayana, El Kepet iseng naik ke pagar untuk memimpin suporter nge-chant. Keisengan itu dilatarbelakangi oleh cita-citanya yang ingin menjadi vokalis band, namun tak kesampaian.

Pada awal terbentuknya di tahun 1998, Aremania ingin mengusung perubahan yang positif, memberikan dukungan yang tidak memancing sanksi Komite Disiplin (Komdis) PSSI, salah satunya dengan cara nge-chant di tribune. Menurutnya, Arek Malang dulu gampang nyanyi, karena tiap Sabtu biasanya ke GOR Ken Arok untuk nonton konser.

“Makanya, Aremania ingin mendukung Arema lewat nyanyian. Namun, tidak kompak, makanya saya iseng naik ke pagar untuk memimpin nyanyi di tribune selatan. Jujur, cita-cita saya memang menjadi vokalis. Eh, pada laga selanjutnya saya diminta naik pagar lagi, sampai akhirnya jadi dirigen tetap,” imbuhnya.

Tak Punya Referensi Jadi Kesulitan

El Kepet menceritakan kesulitannya saat awal menjadi dirigen Aremania. Mereka kesulitan mencari referensi lagu, tak seperti sekarang yang bisa dengan mudah mencontoh suporter luar negeri melalui tayangan YouTube.

“Cara mencari kreasi ya lewat jagongan dengan sesama Aremania, kami mencari kreativitas semampunya, murni dari kreasi kami sendiri, karena dulu tak ada referensi banyak seperti sekarang,” sambungnya.

Semakin Membuatnya Cinta Arema

El Kepet menyebut statusnya sebagai dirigen Aremania waktu itu semakin menguatkan kecintaannya pada Arema. Pria asli Malang itu pertama kali suka Arema sejak klub tersebut pertama kali berdiri pada 11 Agustus 1987.

Awalnya, Kepet yang sudah sering diajak nonton Persema Malang, klub Perserikatan di Malang, merasa beda ketika diajak nonton Arema. Kebetulan pula mes pemain Arema berada di gang sebelah kampungnya, sehingga tiap hari bisa berjumpa dengan pemain-pemain Arema seperti Kusnadi Kamaludin, dan lain-lain.

“Dulu, Stadion Gajayana sepi saat Arema main, karena yang populer kan Persema. Bahkan, Arema sempat minta 200-an suporter kepada koordinator suporter Persema. Mayoritas pendukung Arema itu anak muda, yang punya jiwa pemberontak, karena Arema punya gaya main keras,” tegas Kepet.

Subscribe channel Youtube kami, ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania.

Artikel Lainnya