Koleksi senjata bersejarah menjadi daya tarik tersendiri saat mengunjungi Museum Brawijaya Malang. Setidaknya ada lima koleksi senjata yang punya nilai sejarah tinggi di sana.
Untuk melihatnya, silakan datang saja ke Jalan Besar Ijen No. 25A, Gading Kasri, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Berdiri sejak tahun 1968, museum ini menyimpan beragam koleksi dari zaman perang kemerdekaan melawan penjajah, ada pula koleksi dari masa mempertahankan kemerdekaan dari para pemberontak.
Wisata sejarah yang berada di bawah naungan Kodam V Brawijaya ini memiliki koleksi senjata dengan berbagai jenis dan tipe. Senjata-senjata itu sebagian adalah rakitan pejuang Republik Indonesia, sebagian lagi hasil rampasan perang dari tangan penjajah Belanda, Jepang, dan Sekutu.
Inilah 5 Koleksi Senjata Bersejarah di Museum Brawijaya Malang
1. Tank Lapis Baja
Ketika memasuki halaman depan Museum Brawijaya, kamu akan disambut oleh koleksi-koleksi senjata tank lapis baja. Terdapat tank buatan Jepang yang merupakan rampasan arek-arek Suroboyo pada bulan Oktober 1945.
Tank lapis baja itu kemudian digunakan para pejuang RI untuk melawan Sekutu. Tank itu menjadi saksi bisu pecahnya perang 10 November 1945 di Surabaya.
2. Penangkis Serangan Udara (PSU)
Di sebelah tank lapis baja terdapat senjata Penangkis Serangan Udara (PSU) yang dikenal dengan nama Pompom Double Loop. Pemuda BKR (Barisan Keamanan Rakyat) merebut senjata itu dari tentara Jepang dalam suatu pertempuran pada bulan September 1945.
Senjata itu kemudian mereka pakai untuk mempertahankan kemerdekaan, baik dari serangan tentara Sekutu maupun Belanda yang ingin kembali menduduki wilayah Indonesia. Yang hebat, dalam sebuah pertempuran di barat Bangkalan, Madura, PSU ini mampu menembak jatuh dua pesawat tempur Belanda.
3. Meriam Si Bujang
Masih di halaman depan, kamu bisa melihat sebuah Meriam 3,7 Inch yang diberi nama Si Buang. Meriam itu dirampas dari Belanda dalam serangan 10 Desember 1945 yang dilancarkan pasukan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dibantu oleh para laskar pejuang lainnya.
Aksi itu dilakukan untuk menyerang kedudukan tentara Belanda di pos pantai Desa Betering. Dalam pertempuran sengit yang berlangsung hampir enam jam tersebut, gugurlah seorang prajurit TKR bernama Kopral Buang. Untuk mengenang jasa-jasanya, meriam ini kemudian diberi nama ‘Si Buang’.
4. Tank Amfibi AM Track
Jika kamu masuk ke halaman belakang museum, ada sebuah Tank Amfibi AM Track. Tank itu yang pernah digunakan oleh tentara Belanda yang hendak menduduki Kota Malang saat terjadinya Agresi Militer I.
Tank itu mendapatkan hadangan dan perlawanan sengit anggota TRIP (Tentara Rakyat Indonesia Pelajar) di Jalan Salak dan sekitar Lapangan Pacuan Kuda (Jalan Ijen). Pertempurah meletus antara pasukan Belanda yang dilengkapi persenjataan canggih dengan pasukan TRIP yang minim persenjataannya.
Akibatnya, 35 orang anggota pasukan TRIP gugur, dan dimakamkan dalam kuburan massal di utara ujung timur Jalan Salak (Taman Makam Pahlawan TRIP). Jalan itu kemudian diganti namanya menjadi Jalan Pahlawan Trip.
5. Koleksi Senjata Lainnya
Koleksi senjata lainnya terdapat di dua ruangan dengan keterangan tahun berbeda. Di Ruang Koleksi I kamu bisa melihat benda-benda koleksi dari tahun 1945-1949.
Di situ ada koleksi senjata seperti pedang samurai perwira Jepang yang berhasil direbut TKR dari tentara Jepang di perkebunan Ngrakah, Sepanon, Kabupaten Kediri, senjata buatan pabrik senjata Mrican, Kediri tahun 1945-1946.
Terdapat pula peralatan yang dipakai Jenderal Sudirman saat memimpin gerilya di Desa Loceret, Bajulan, Nganjuk. Ada juga senjata peninggalan TRIP yang pernah dipakai dalam pertempuran di Gunungsari pada tanggal 28 November 1945 silam.
Sementara, di Ruang Koleksi II, kamu bisa melihat benda-benda koleksi dari tahun 1950-1976 yang dipakai dalam Operasi Trikora (19 Desember 1961) dan Operasi Seroja di Timor Timur oleh pasukan Brawijaya tahun 1975-1976.