Museum Brawijaya Malang memang menjadi salah satu tujuan wisata menarik di Kota Malang. Berbagai koleksi barang-barang bersejarahnya memiliki daya tarik tersendiri bagi pengunjung, tidak tekecuali koleksi senjata di Museum Brawijaya. Ada apa saja?
Sudah ada sejak tahun 1968, Museum Brawijaya dbangun di atas tanah seluas 10.500 meter persegi. Beragam senjata bersejarah terpajang rapi di dalam ruangan. Museum yang berada di bawah naungan Kodam V Brawijaya ini menyimpan senjata mulai dari senjata rakitan sederhana milik pejuang RI, hingga senjata rampasan milik Belanda dan Jepang. Senjata-senjata inilah yang menjadi saksi bisu perjuangan Bangsa Indonesia merebut dan Mempertahankan NKRI.
Inilah koleksi senjata di Museum Brawijaya Malang
Tank Lapis Baja
Dari bagian depan museum, tepatnya di halaman pintu masuk Museum Brawijaya, pengunjung akan disambut dengan sebuah tank lapis baja. Senjata satu ini adalah hasil rampasan dari Jepang oleh arek-arek Suroboyo. Perampasan ini terjadi pada bulan Oktober 1945. Tank lapis baja ini kemudin digunakan untuk melawan sekutu dalam perang 10 November 1945.
Pompom Double Loop
Senjata satu ini berada tepat di samping Tank lapis baja. Pompom Double Loop adalah sebuah senjata Penangkis Serangan Udara (PSU). Masih menjadi salah satu hasil rampasan, senjata ini sejatinya milik tentara Jepang yang digunakan dalam pertempuran bulan September 1945. Senjata ini direbut oleh pemuda BKR (Barisan Keamanan Rakyat). Kemudian, senjata penangkis serangan udara ini digunakan untuk melawan Belanda yang ingin kembali menduduki wilayah Indonesia. Hebatnya, dalam sebuah pertempuran di barat Bangkalan, Madura, senjata tersebut berhasil menembak jatuh dua pesawat tempur Belanda.
Meriam Si Buang
Masih dalam kawasan halaman depan, ada sebuah meriam 3,7 inch yang populer dengan nama Si Buang. Meriam ini dirampas dari Belanda oleh pasukan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) pada serangan 10 Desember 1945. Dibantu oleh laskar pejuang lainnya, pertempuran sengit ini berlangsung sekitar 6 jam lamanya. Satu prajurit yang gugur di medan pertempuran bernama Kopral Buang. Meriam ini kemudian diberi nama ‘Si Buang’ untuk mengenang jasa mulia sang prajurit.
Tank Amfibi AM Track
Menuju pada halaman belakang museum, terdapat Tank Amfibi AM Track yang mulanya digunakan Belanda dalam Agresi Militer I untuk merebut kembali Kota Malang. Sayangnya, tank ini dihadang oleh Tentara Rakyat Indonesia Pelajar (TRIP) di Jalan Salak dan sekitar Lapangan Pacuan Kuda. Pertempuran hebat antara Belanda dengan senjata canggihnya dan pasukan TRIP dengan senjata minimnya pun tak terhindarkan. Akibatnya, 35 orang anggota pasukan TRIP gugur, dan jenazah dimakamkan dalam kuburan massal di sebelah utara ujung timur Jalan Salak yang kemudian dinamai Taman Makam Pahlawan TRIP Malang.
Senjata-senjata Lainnya di Museum Brawijaya Malang
Menengok ke Ruang Koleksi I, Anda akan melihat benda-benda koleksi dari tahun 1945-1949. Koleksi senjata yang dipamerkan mulai dari pedang samurai sebagai kelengkapan perwira Jepang yang berhasil direbut TKR dari tentara Jepang di perkebunan Ngrakah, Sepanon, Kabupaten Kediri, senjata buatan pabrik senjata Mrican, Kediri tahun 1945-1946, hingga senjata-senjata hasil rampasan.
Ada juga peralatan yang pernah dipakai Jenderal Sudirman saat memimpin gerilya di Desa Loceret, Bajulan, Nganjuk. Terdapat pula senjata peninggalan TRIP yang pernah dipakai dalam pertempuran di Gunungsari pada tanggal 28 November 1945 silam.
Beranjak ke Ruang Koleksi II, Anda akan disambut oleh benda-benda koleksi dari tahun 1950-1976. Di ruangan ini Anda akan melihat koleksi senjata berupa meriam dan bejana besi, senjata rampasan dari pemberontakan PRRI/Permesta, peralatan perang yang pernah digunakan pasukan Brawijaya untuk merebut Irian Barat pada Operasi Trikora pada tanggal 19 Desember 1961, hingga peralatan perang tradisional rakyat Irian Jaya (sekarang Papua).
Ada pula senjata-senjata hasil rampasan Operasi Trisula dalam rangka penumpasan sisa-sisa komunis di Blitar Selatan pada tahun 1968. Anda pun dapat melihat senjata-senjata hasil rampasan Operasi Seroja di Timor Timur oleh pasukan Brawijaya tahun 1975-1976.
Baca juga: Kisah Heroik Meriam si Buang Sebelum Menghuni Museum Brawijaya
Subscribe channel Youtube kami dan ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania