Pengunjung Museum Brawijaya Malang akan disambut oleh deretan senjata lapis baja yang berada di Taman Agne Yastra Loka. Salah satu koleksi senjata itu adalah Meriam si Buang yang memiliki kisah heroik sebelum menghuni museum yang ada di kawasan Jalan Besar Ijen Kota Malang tersebut.
Meriam berukuran 3,7 Inch ini dirampas pasukan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dari pasukan Belanda dalam serangan 10 Desember 1945. Serangan itu dilancarkan TKR terhadap kedudukan tentara Belanda di Pos Pantau Desa Betering. Dalam penyerangan itu, TKR dibantu oleh para laskar pejuang lainnya.
Kala itu, pertempuran berlangsung sengit dan memakan waktu hampir enam jam lamanya. Dalam perang tersebut, gugurlah seorang prajurit TKR bernama Kopral Buang.
Meriam si Buang Terinspirasi dari Nama Kopral Buang
Nama Kopral Buang itulah yang kemudian menginspirasi pasukan TKR untuk menyematkannya pada meriam rampasan yang didapat dari Belanda tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengenang jasa-jasa prajurit tersebut, sekaligus untuk menghormati pengorbanannya di medan laga.
Hingga saat ini, meriam si Buang tersimpan rapi sebagai salah satu penghuni Museum Brawijaya Malang. Dialah salah satu saksi bisu perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamirkan kepada dunia pada 17 Agustus 1945 saat itu.
Selain Meriam si Buang, museum yang berada di bawah naungan Kodam V Brawijaya ini memiliki banyak koleksi kendaraan lapis baja lainnya. Ada yang bernama Pompom Double Loop, dan tank buatan Jepang, tank amfibi AM Track. Ada pula berbagai jenis senjata api yang merupakan rakitan tentara Indonesia dan sebagian adalah hasil rampasan dari Belanda.
Museum Brawijaya terletak di Jalan Besar Ijen No. 25A, Kelurahan Gading Kasri, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Museum ini buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga tutup pukul 15.00 WIB.
Discussion about this post