Museum Brawijaya Malang memiliki taman yang diberi nama Taman Agne Yastra Loka. Taman tersebut terletak tepat di depan museum yang berada di Jalan Besar Ijen, Kota Malang itu.
Penamaan Taman Agne Yastra Loka berasal dari tiga kata dari Bahasa Sansekerta. Agne bermakna api, sementara Yastra adalah senjata, sedangkan Loka merupakan tempat. Jadi, secara terjemahan bebas, taman ini berarti taman (tempat) menyimpan senjata yang diperoleh dari kobaran api atau perang revolusi 1945.
Taman Agne Yastra Loka juga berada di bawah pengelolaan Kodam V Brawijaya. Taman tersebut dimanfaatkan untuk menempatkan sejumlah koleksi benda-benda bersejarah. Koleksi yang diletakkan di taman ini semuanya merupakan kendaraan berat yang dulunya merupakan hasil rampasan pasukan Indonesia dari tentara Belanda.
Mengintip Koleksi Taman Agne Yastra Loka
Di taman ini, terdapat tank buatan Jepang hasil rampasan arek-arek Suroboyo pada bulan Oktober 1945. Selanjutnya, tank ini oleh rakyat Surabaya dipakai untuk melawan tentara Sekutu dalam perang 10 November 1945. Ada juga senjata Penangkis Serangan Udara (PSU) yang dikenal dengan nama Pompom Double Loop yang direbut oleh para pemuda BKR (Barisan Keamanan Rakyat) dari tentara Jepang dalam suatu pertempuran pada bulan September 1945. Lalu, senjata ini mereka pakai dalam rangka mempertahankan kemerdekaan, dari serangan tentara Sekutu dan Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Hebatnya, dalam pertempuran di barat Bangkalan, senjata ini berhasil menembak jatuh dua pesawat tempur milik Belanda.
Sementara itu, di sebelahnya ada meriam 3,7 Inch yang dinamakan Meriam si Buang. Meriam ini dirampas dari pasukan Belanda dalam serangan 10 Desember 1945 yang dilancarkan pasukan TKR dibantu laskar pejuang lainnya terhadap pos pantau tentara Belanda di Desa Betering. Dalam pertempuran sengit yang berlangsung hampir enam jam tersebut, gugur seorang prajurit TKR bernama Kopral Buang. Untuk mengenang jasa-jasa prajurit tersebut, namanya kemudian dipakai untuk nama meriam hasil rampasan perang itu.
Pengunjung Museum Brawijaya juga bisa melihat penampakan Tank Amfibi AM Track yang pernah digunakan oleh tentara Belanda yang hendak menduduki kota Malang pada masa Agresi Militer I. Namun, usaha ini mendapat perlawanan sengit di Jalan Salak dan sekitar lapangan pacuan kuda. Terjadi pertempuran antara tentara Belanda yang mempunyai persenjataan lengkap dengan pasukan TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar) yang senjatanya sangat minim. Kondisi tidak berimbang tersebut mengakibatkan 35 orang anggota pasukan TRIP gugur. Jenazah mereka dimakamkan dalam kuburan massal di sebelah utara ujung timur Jalan Salak dan tempat ini sekarang dikenal sebagai Taman Makam Pahlawan TRIP Malang. Jalan Salak pun namanya kemudian diganti menjadi Jalan Pahlawan TRIP.
Discussion about this post