Prasasti Selabradja adalah prasasti yang ditemukan di Ngantang tepatnya di Dusun Selobrojo, Desa Banjarejo. Prasasti ini menceritakan dua Mandala Kadewaguruan penting di Ngantang dan Pujon yaitu Mandala Awaban dan Sagara.
Mandala Kadewaguruan adalah tempat pembelajaran pada zaman Jawa Kuno yang biasanya berada di lereng-lereng gunung.
Salah satu prasasti yang termasuk Mandala Kadewaguruan adalah prasasti Selabradja. Sesuai dengan namanya, prasasti ini terletak di dusun Selobrojo, Banjarejo, Ngantang, Malang. Dusun ini berada di lereng sebelah barat gunung Kawi. Prasasti yang memiliki tinggi, lebar atas, lebar bawah, dan tebal secara berurutan sebesar 66 cm, 37 cm, 33 cm, dan 10 cm ini berangka tahun 1336 Saka. Tahun tersebut jika dikonversi dalam tahun Masehi menjadi 1414-1415 Masehi. Dari angka tahun ini, diketahui bahwa prasasti ini termasuk pada masa raja Majapahit kelima yaitu Wikramawarddhana (1389-1429 Masehi).
Prasasti yang terbuat dari batu andesit hitam ini sudah tidak utuh lagi. Dimana terdapat semen yang melapisi batuan tersebut, tepatnya di bagian bawah baris ketujuh. Adanya tambalan ini diduga untuk memperbaiki retakan yang ada. Prasasti yang berbahasa kuno ini telah ditransliterasikan oleh beberapa ahli. Transliterasi merupakan penyalinan dengan penggantian huruf abjad yang satu ke abjad yang lain.
Salah seorang yang pernah mentransliterasikannya adalah J.L.A Brandes. Berikut merupakan hasil transliterasinya,
/rasabeddhābeddha
- //sang hyang maņda ring awaban, purwwaka ning mapas
- // yu kbo glis rangkĕpi kbo … dura, kangkĕna
- // ra sang hyang maņdala ri sagara ņa dang map, tingkaha
- // hyang maņdala ring awaban, lāwan tingkahanira sang
- // ngapālungguh tunggal tunggalawatĕksagara, kaya
- // tnakna sangadrwya kabuyutan ma(ng)kana samatung
- // ga(l)dapur o o o o (o) o
Seperti apa yang dinyatakan diatas yaitu prasasti Selabradja tergolong Mandala Kadewaguruan. Hal ini diketahui dari kata ‘sang hyang mandala’ yang ditengarai merupakan penulisan yang ditujukan untuk Mandala Kadewaguruan.
Darisini, prasasti Selabradja menjadi salah satu sumber yang digunakan untuk menelaah lebih lanjut letak daerah-daerah Mandala Kadewaguruan. Pada baris pertama terdapat kata awaban. Disinyalir, daerah yang dimaksud adalah desa Ngabab, Ngantang, Malang. Meski terkesan berbeda, namun ada huruf-huruf yang perubahannya memiliki dasar yang dapat dijelaskan oleh bahasa. Yaitu ada perubahan W menjadi B yang memiliki korelasi pada bahasa Sansekerta dan bahasa Melayu dimana pembacaannya sama. Juga kata awaban yang mendapat awalan ’ng’.
Jika demikian, berarti prasasti tersebut menceritakan tentang keberadaan Situs Watu Gilang yang hingga saat ini dianggap sebagai benteng Kerajaan Singosari.
Selain kata awaban, juga ada kata sagara pada baris ketiga. Mandala sagara mengarah pada artian sagara yang dalam bahasa Indonesia adalah perairan. Daerah yang diduga disini adalah bendungan Selorejo. Sebab, pada masa itu disinyalir telah ada bendungan (dawuhan) kuno yang pada pasca kemerdekaan direvitalisasi menjadi bendungan Selorejo.