Sejarah SMA Negeri 7 Malang ternyata juga dimulai dari kawasan Alun-alun Tugu. Resmi berdiri pada 9 Oktober 1982, sesuai dengan SK Operasional Nomor: 0298/0/1982 dan Nomor Statistik Sekolah: 301056104043, SMA Negeri yang populer dengan sebutan Sabhatansa itu awalnya berstatus sebagai Sekolah Penunjang.
Cerita berdirinya SMAN 7 Malang berawal dari persebaran Sekolah Manengah Atas Negeri yang masih belum merata, yakni berada di Kecamatan Klojen dan Kedungkandang saja. Wilayah Kecamatan Blimbing yang berada di bagian utara dan Kecamatan Lowokwaru di bagian barat Kota Malang yang dinilai potensial ternyata masih belum memiliki SMA Negeri. Kondisi ini mendorong tekad Pemerintah Daerah Tingkat II (sekarang Pemerintah Kota) Kota Malang untuk mengajukan permintaan satu SMA Negeri lagi.
Demi memuluskan keinginan tersebut, Pemda menyiapkan lahan dan sarana pendidikan lainnya di Desa Kendalsari, Kelurahan Tulusrejo, Kecamatan Lowokwaru. Untuk personil alias tenaga pendidiknya menjadi tanggung jawab Dinas Pendidikan Nasional kala itu. Dari situlah asal usul dipilihnya nama Sekolah Penunjang sebagai nama awal SMA Negeri 7 Malang.
Meski tercatat resmi berdiri mulai 9 Oktober 1982, namun Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Sekolah Penunjang ini sudah dimulai sejak 28 Juli 1982. Hanya saja, sekolah ini masih ‘menumpang’ di gedung SMA Negeri 4 Malang di kawasan Alun-alun Tugu. Kepala sekolah pun dirangkap oleh Kepala SMAN 4 Malang, Drs. Soekotjo.
Setahun kemudian, memasuki tahun ajaran baru, sejak 18 Juli 1983, kegiatan KBM SMAN 7 Malang pun pindah ke gedung baru milik sendiri yang dari awak sudah disiapkan Pemda Kota Malang. Lokasi yang kemudian dijuluki sebagai ‘Bhumi Sabhatansa’ itu berada di Jalan Kendalsari (sekarang Jalan Cenger Ayam I/14) No. 20, Kelurahan Tulusrejo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.
Sejarah SMA Negeri 7 Malang terus berlanjut dari tahun ke tahun hingga kini memiliki 34 ruang kelas, ruang multimedia, laboratorium bahasa, dua laboratorium komputer, laboratorium biologi, laboratorium kimia dan laboratorium fisika yang memadai. Selain itu, ada pula sarana dan prasarana penunjang lain, seperti perpustakaan, UKS, ruang komite sekolah, ruang unitas, sanggar Pramuka, aula, tempat fotokopi, dan kantin.