Prasasti Manjusri ialah salah satu prasasti yang ditemukan di kawasan candi Jago, Tumpang, Malang.
Bacaan dalam prasasti tersebut berkata kalau ‘Dalam kerajaan yang dipimpin oleh Bunda Yang Mulia Rajapatni hingga Adityawarman itu, yang berasal dari keluarganya, yang berakal murni serta berperan selaku menteri wreddaraja, sudah mendirikan di pulau Jawa, di dalam Jinalayapura, suatu candi yang ajaib dengan harapan supaya bisa membimbing ibunya, bapaknya serta teman- temannya ke kenikmatan Nirwana.’
Walaupun prasasti Manjusri ditemukan di candi Jago, prasasti ini tidak terletak disitu saat ini. Melainkan sudah ditaruh di Museum Ethnology, Berlin, Jerman. Di Indonesia, yang ada hanya duplikatnya saja. Tepatnya di Museum Nasional Jakarta.
Arca dan Prasasti Manjusri | Foto tikusprasasti.blogspot.co.id
Prasasti ini terdiri dari 2 bagian, bagian depan dan belakang. Tulisan yang tertera pada bagian depan patung, posisinya terletak pas di atas Manjusri. Terdapat 3 baris tulisan. Sebaliknya di bagian balik patung, ada 7 baris tulisan.
Pada patung, Manjusri ditafsirkan sebagai seseorang pemuda yang duduk bersila diatas teratai. Tangan kanannya memegang pedang yang ditunjukan di balik kepalanya. Pedang yang dibawanya mempunyai arti untuk melawan kegelapan serta kepalsuan. Sebaliknya tangan kiri bawa buku yang berisi ajaran tentang 10 laku utama ataupun paramita. Tidak hanya itu, pula terdapat kalung di lehernya serta 4 patung kecil di sekitarnya yang merupakan replika dirinya sendiri.
Terdapat sebagian pakar yang sudah menranskripsikan candi berangka tahun 1265 Saka yang tidak lain bila dikonversi jadi Masehi berarti sekitar 25 Januari 1343- 14 Maret 1344 ini ke dalam bahasa Indonesia. Salah satunya oleh H. Kern yang dilansir dalam Tjandi Singasari( 109) kepunyaan J. L. A. Brandes.
Tafsiran dari para pakar melaporkan kalau Manjusri merupakan Adityawarman.Dia berprofesi bagaikan wreddha mantri dalam pemerintahan Tribhuwanatunggadewi. Bila ditelusur garis keturunan Adityawarman lewat prasasti Kubur Rajo serta piagam Jawa Kuno Amoghapasa tahun 1286 Masehi, dikenal masih terdapat ikatan keluarga yang dekat dengan Rajapatni. Juga Adityawarman dan Rajapatni yang sama-sama beragama Budha.
Hasil aksara yang pernah dicoba para pakar yaitu
Āryyavaṅśādhirājena
Mañjuśrīs supratiṣṭhitaḥ/
pañcaṣaḍdviśaśāṅkābde
dharmmavṛddhyai Jinālaye//
RājyeŚrīvararājapatniwijite[ḥ] tadbaṅśajaḥ suddhadhīḥ
cakre Jāvamahītale varaguṇairĀdityavarmmāpy asau/
mantrī prauḍhataro Jinālayapure prāsādam atyādbhutam
mātātātasuhṛjjanān samasukhaṃ netum bhavāt tatparaḥ
// iśaka 1265//
Bila ditransliterasi dalam bahasa Indonesia, maksudnya adalah‘ Suatu patung Mañjuśrī ditempatkan di candi Jinalaya oleh Arya Wangsadiraja. Dalam kerajaan yang dipimpin oleh Rajapatni yang utama, Adityawarman, tadbaaṅśajaḥ( lahir dari keluarganya) mantri Praudhatara, di Bhumi Jawa, mendirikan suatu candi di Jinalayapura, supaya bapak ibu serta nenek moyang ke kesenangan yang sempurna, pada tahun 1265Śaka.’
Candi Jinalaya yang dimaksudkan merupakan candi Jago. Dimana candi Jago pula mempunyai sebagian istilah tidak hanya Jajaghu tetapi juga Jinalaya. Sebaliknya kata mantri Praudhatara diduga sama dengan wreddha mantri. Perihal ini diperkuat dengan statment yang ada di prasasti Blitar serta Prasasti Nglawang. Dimana nama Adityawarman ditemui awal kali dalam prasasrti Blitar yang berangka tahun 1330 Meter. Dalam prasasti tersebut, disebutkan bahwa Arya Dewaraja Pu Aditya bagaikan wreddha mantri. Sebaliknya dalam prasasti Nglawang dinyatakan dengan Rakryan si wreddhamantri Si Arya Dewaraja Pu Aditya serta Si Arya Dhiraja Pu Narayana. Dari sana nama Pu Aditya dimaksud sama dengan Adityawarman.