Kampung Heritage Malang memang memiliki pesona luar biasa. Jika Anda berkunjung ke tempat satu ini, Anda dapat mengunjungi dan berziarah ke makam Mbah Honggo. Konon, tokoh satu ini memiliki darah keturunan kerajaan Majapahit. Benarkah begitu?
Makam Mbah Honggo berada tidak jauh dari Pasar Talun, tepatnya pada jalan Jenderal Bauki Rahmat Gg. 4, Kauman, Kec. Klojen, Kota Malang. Makam ini memiliki nisan yang bertuliskan Pangeran Honggo Koesoemo. Masyarakat yakin bahwa tokoh satu ini adalah guru spiritual dari keluarga Bupati Malang yang pertama yaitu R.A.A Notodiningrat.
Keturunan Majapahit
Pada makam Mbah Honggo, terdapat dua makan yang saling bersebelahan. Menurut sejarawan Malang yaitu Dwi Cahyono, salah satu makamnya sudah jelas milik Pangeran Honggo. Lalu makam sebelahnya merupakan makam milik Pangeran Soero Adimerto atau Ki Ageng Peroet. Keuanya adalah tokoh yang memiliki keturunan langsung dari Majapahit.
Kisahnya bermula pada tahun 1518 dan 1521, saat pemerintahan Adipati Unus dari Kerajaan Demak menyerang Majapahit. Penyerangan dengan pimpinan Prabu Brawijaya ini memaksa seluruh keluarga mundur ke Sengguruh yang selanjutnya mengungsi ke pulau Bali.
Prabu Brawijaya mempunyai putra yang bernama Batoro Katong yang melarikan diri ke Ponorogo tahun 1535. Ia kemudian menjadi Adipati Ponorogo. Beberapa keturunan selanjutnya, Kandjeng Pangeran Soero Adiningrat masih menjabat sebagai Adipati Ponorogo, mempunyai putra Kandjeng Soero Adimerto yang hidup pada masa perjuangan Pangeran Haryo (BPH) Diponegoro, putra Sampeyan Dalem ingkang Sinuwun Kandjeng Susuhunan Pakubuwana I tahun 1825.
Setelah peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Jenderal De Kock di Magelang tanggal 28 Maret 1830, semua Senopati (panglima perang) berpencar keseluruh Jawa Timur dengan menggunakan nama-nama samaran yang bertujuan menghilangkan jejak terhadap Belanda.
Pangeran Soero Adimerto berganti nama Kyai Ageng Peroet, pangeran Honggo Koesoemo menjadi Mbah Onggo, Ulama Besar Kandjeng Kyai Zakaria II menjadi Mbah Djoego (Gunung Kawi, keturunan langsung dari Pangeran Diponegoro). Sedangkan keturunan selanjutnya, Raden Mas Singowiryo memiliki makam terpisah sekitar 50 meter. Makam ini populer dengan nama samaran oleh Masyarakat yakni ‘Kuburan Tandak’. Lokasi makam saat ini, dahulu adalah komplek besar para sesepuh keturunan Adipati Malang sekaligus komplek makam belakang Masjid Jami.
Makam Mbah Honggo dan Makan yang Tak Dikenal
Masih dalam kompleks makam tersebut sebenarnya masih banyak makam yang belum teridentifikasi miliki siapa. Hal ini terjadi karena juru pelihara makam sudah meninggal dunia. Sementara anaknya tidak mengetahui kesejarahannya. Salah satunya adalah makam yang pagarnya tertulis ‘R.M. Singodjoyo, LID Kliwon/Penewu’.
Kemudian ada juga kondisi dua makam yang sangat parah yang tidak jauh dari dari makam bayi tersebut. Makam tersebut tertimbun sampah rongsokan dan amat sangat kotor, dan kumuh. Kondisi tersebut juga pernah terjadi pada kompleks makam Mbah Honggo. Tak hanya tergusur oleh sampah, kompleks pemakamannya pun semakin terdesak pemukiman warga.
Masih dalam generasi yang sama, tahun kehidupan Mbah Honggo sama dengan tokoh Kota Batu, Mbah Mbatu. Siapa itu? Baca: Kompleks Makam Mbah Mbatu, Sesepuh Kota Batu