Desa Jatiguwi, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang memiliki sebuah wisata religi yakni Makam Mbah Bodo. Masyarakat percaya makam ini merupakan makam seorang komandan perang dari Kerajaan Mataram yang gugur saat menaklukkan pemberontakan kerajaan-kerajaan Brang Wetan (Malang, Pasuruan, Lumajang).
Sangat mudah untuk menemukan lokasinya, yakni berada pada tepi Jalan Raya Malang-Blitar. Makam ini berada pada bangunan sederhana berbentuk joglo dengan ukuran 5x5x5 meter. Pada bagian depannya terdapat halaman yang sudah berpaving.
Sosok Mbah Bodo
Nama Mbah Bodo sudah tidak asing lagi bagi warga Desa Jatiguwi. Terdapat beberapa versi cerita mengenai jatidiri Mbah Bodo itu sendiri. Sebuah kisah menyebutkan bahwa Mbah Bodo adalah Ki Joko Bodo, yang merupakan seorang komandan perang dari Kerajaan Mataram. Ia adalah orang kepercayaan Tumenggung Surontani yang kala itu menjabat sebagai senopati semenjak Sultan Agung, seorang raja pada tahun 1613 M. Kemudian ia mendapat tugas untuk menumpas pemberontakan kerajaan-kerajaan kecil dalam daerah Brang Wetan (Malang, Pasuruan dan Lumajang). Kala itu, Brang Wetan dipimpin oleh Panji Pulangjiwo.
Mbah Bodo dan Panji Pulangjiwo
Tumenggung Surontani langsung menduduki daerah Malang sebagai Adipati dengan basis pemerintahan Mentaraman (nama dusun pada Desa Jatiguwi dan Desa Ngebruk). Sedangkan Panji Pulangjiwo bermarkas di Kepanjian (Desa Kepanjen). Keduanya saling berebut pengaruh dan merasa lebih berkuasa atas Brang Wetan, hingga terjadi peperangan pada tahun 1614 yang melibatkan pasukan kedua pemimpin tersebut. Pada awalnya, Ki Joko Bodo lah yang memimpin Kerajaan Mataram, sedangkan Brang Wetan dipimpin istri Panji Pulangjiwo, Proboretno.
Dalam suatu pertempuran, Ki Joko Bodo berhasil menjebak Proboretno di suatu tempat, sehingga pasukannya terjepit tak dapat bergerak pada sebuah daerah bernama Cengkeg (sekarang dusun di Desa Sumberpucung). Ia pun kemudian terbunuh tangan pasukan Ki Joko Bodo. Mendengar kematian istrinya, Panji Pulangjiwo pun marah dan bertekad melakukan balas dendam.
Dalam sebuah pertempuran di Jatikerto (Bedali Kulon), Panji Pulangjiwo akhirnya mampu mengalahkan pasukan Kerajaan Mataram. Ki Joko Bodo menjadi salah satu korban yang terbunuh bersama beberapa prajuritnya. Jasadnya kemudian dimakamkan di Desa Jatiguwi yang hingga kini menjadi makam keramat oleh warga setempat.
Penghormatan Masyarakat
Pada hari-hari tertentu, seperti malam 1 Suro, warga kerap mengunjungi makam ini. Bahkan, tak hanya warga sekitar, melainkan peziarah dari berbagai penjuru daerah. Mereka melakukan ziarah dan mendoakan arwah pada Makam Mbah Bodo. Bahkan, ada tradisi, ketika warga Desa Jatiguwi memiliki hajatan besar seperti bersih desa atau apapun selalu mengadakan kenduri (selamatan) di lokasi makam tersebut. Maksudnya untuk meminta keselamatan dan hajatannya diberi kelancaran oleh Tuhan YME. Warga setempat kerap menyebutnya pamit menyang kang mbaurekso/bedah krawang desa. Dalam bahasa Indonesia berarti minta ijin secara spiritual kepada Mbah Bodo.