Ian Antono, musisi yang namanya tentu tak lagi asing di telinga kita. Seorang musisi dengan gitar yang merupakan instrumen yang mewujudkan imajinasi musikalnya. Orang dapat dengan mudah mengenali musiknya. Namun menjadi sosok Ian Antono seperti musisi hebat tidak semudah itu, ia memiliki perjalanan dan perjuangan yang cukup panjang.
Musisi kelahiran Malang, 29 Maret 1950, ini memulai kehidupan bermusiknya sejak anak-anak. Ia bergabung dengan sebuah band dan instrumen yang dipegangnya adalah bongo. Bersama band tersebut, ia memainkan musik-musik Melayu yang dibawakan Orkes Gumarang-nya Asbon dan Nurseha.
Dilanjutkan dengan band Zodiacs yang dibentuk bersama saudaranya. Hank Marbin dari The Shadows (Inggris) serta pasangan gitaris Don Wilson dan Bob Bogle dari kelompok instrumental Amerika The Ventures yang menonjolkan gitar eletrik merupakan sosok yang dikagumi oleh Ian Antono kala itu. Baru lah ketika ia bergabung dengan Irama Abadi (Abadi Soesman) pada 1969, Ian mulai bermain profesional di Marco Polo Hotel Menteng, Jakarta, selama dua tahun.
Awal puncak karirnya adalah ketika ia diajak bergabung dengan Bentoel Band. Tan Sian Soen-lah orang dibalik semua ini, Ian Antono dikenal dengan bakat gitar luar biasanya dan semuanya pun belajar dengan autodidak karena Tan Sian Soek yang merupakan manajer dari Bentoel Band mendengar kabar tersebut dari kakak Ian. Mendengar kabar tersebut, Tan Sian Soen menemui Ian di Tebet, Jakarta. Tan Sian Soen menemui Ian dengan kondisinya yang sangat miris, tubuh gitaris legendari Indonesia ini sangat kurus karena hidupnya di Jakarta sangat pas-pasan.
Baca juga: Tan Sian Soen, Sosok Di Balik Melejitnya God Bless
Namun, keputusannya untuk setuju bergabung dengan Bentoel Band dan meninggalkan kehidupannya di Jakarta merupakan pilihannya yang tepat. Pasalnya, dari Bentoel Band itulah, selera dan gairah musik Ian kembali tergugah. Dan bagi Bentoel Band, masuknya Ian juga mempunyai dampak yang luar biasa. Komposisi Bentoel Band dengan masuknya Ian menjadi komposisi yang sangat pas, sehingga membuat nama band tersebut lambat laun menjadi salah satu yang terbaik di tanah air dengan sense of rock-nya.
Di Bentoel Band, Ian sempat bermain drum sebelum akhirnya gitar. Bentoel Band terdiri atas Ian Antono (gitar), Teddy Sujaya (drum), Wanto (flute), Bambang M.G. (bass), Mickey Michael Merkelbach (vokal), dan Yanto (keyboard). Yang disebut terakhir adalah kakak kandung Ian Antono. Namun sejak perusahaan rokok terbesar di Indonesia, Bentoel, mengubah cara promosinya tidak lagi dengan Bentoel Band ini satu persatu personil meninggalkan Bentoel Band, termasuk Ian Antono. Selepas Ian di Bentoel Band, ia pun menjadi gitaris di band rock ternama di Indonesia, God Bless sejak tahun 1974.

Saat di God Bless, Ian Antono ikut menulis beberapa lagu yang di antaranya menuai banyak kritik karena beberapa aransemen lagu God Bless banyak menjiplak dari grup mancanegara yang ditambal sulam ke pola mereka. Hal ini karena pengaruh musik dari mancanegara, namun ada sisi positif dari kritikan tersebut, Ian akhirnya menemukan cetak biru karakter musiknya sendiri.
Banyak sekali prestasi dan pengaruh Ian Antono yang diberikan pada dunia musik Indonesia, khususnya musik rock. Ada beberapa album penyanyi pop wanita yang digarap Ian Antono, antara lain Berlian Hutauruk, Happy Pretty, Dewi Puspa, Angel Pfaff, Hetty Koes Endang, hingga Grace Simon. Lewat tangan Ian-lah yang menjadi salah satu upaya sehingga musik rock yang sempat menjadi tontonan panggung semata menjadi musik favorit dan memiliki penikmatnya sendiri di Indonesia.
Berkat Ian Antono pula, tren penyanyi rock pria pun semakin meluas yang bermula dari Achmad Albar, Ikang Fawzy, Freddy Tamaela, Gito Rollies, dan lainnya. Album dari Iwan Fals 1910 dan Mata Dewa pun sempat dipoles oleh Ian Antono, sehingga Ian pun sempat menggondol penghargaan Penata Musik Terbaik album Mata Dewa dalam BASF Award 1992.
Beberapa penghargaan lainnya:
- BASF Penghargaan (1987-1988) untuk arranger terbaik dan komposer Terbaik untuk album yang disebut Gersang (Nicky Astria).
- HDX Award (1989) untuk lagu Buku INI Aku Pinjam (Iwan Fals).
- BAFS Award (1989) Untuk album Bara Timur (Gong 2000) sebagai The Best Selling Album dan The Best Arranger & Composer.
- HDX Award (1994) untuk album Laskar (Gong 2000) sebagai The Best Album.
- Berlian Achievement Award (1995) atas dedikasi dan keberhasilan dalam industri musik
Ian juga ikut membina regenerasi grup rock dengan membantu sederet grup rock ke dunia rekaman, seperti Grass Rock, El Pamas, Whizz Kid, U-Camp, Sket, Geger, dan Jaque Mate. Menurut Ian, jika tidak ikut langsung dalam membina mereka generasi musik rock akan hilang karena tidak ada penerusnya. Ian Antono tidak hanya menjadi musisi yang hebat dan dikenal namanya dimana-mana. Namun ia memiliki pengaruh yang luar biasa untuk dunia musik di Indonesia, khususnya musik rock. Berkat Ian Antono dan kawan-kawan musisi rocknya membuat kita dapat terus menikmati musik rock dan penikmat musiknya pun terus ada di Indonesia.
Sumber foto: idfl.me