Kawasan Jodipan menjadi salah satu kunjungan wisata yang wajib dikunjungi beberapa waktu terakhir ini. Tak lama Kampung Warna-warni Jodipan (KWJ) mulai dicat, lokasi ini sudah selalu padat pengunjung dan ramai di media sosial karena keunikan spot bagi para hunter foto dan penggila selfie. Setelah lama proses pengecatan, akhirnya GuysPro sebagai praktikan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang bersama dengan PT. Indana mempersiapkan peresmian yang akan berlangsung pada minggu awal bulan September.
RT 6, 7 dan 9 RW 2 yang berada di area jalan protokol padat kendaraan awalnya termasuk 11 kelurahan kumuh di kota Malang (arsip.malangtimes.com). Namun semenjak GuysPro yang terdiri atas Salis Fitria, Elmi Rukhiatun, Fahd Afdallah, Dinni Anggraeni, Nabila Firdausyiah, Ira Yulia Astutik, Ahmad Wiratman dan Wahyu Fitri hadir mengubah Jodipan, kesan kumuh diubah menjadi layak kunjung bahkan di sebut-sebut menjadi destinasi wisata hits Kota Malang.
Pengecatan yang dimulai sejak awal bulan puasa dan berakhir pada pertengahan Agustus itu mendapat apresiasi dan dukungan dari banyak kalangan. Mulai dari datangnya Walikota Malang, rektor UMM bersama Wakil Walikota Malang, Paskhas, Komunitas Mural, Komisi Nasional Pemuda Indonesia, dan terbaru salah satu program televisi ikut menjadi tamu di Jodipan untuk mengisi layar kaca.
Suasana Jodipan begitu berubah, tak hanya dari fisik saja, tapi warganya pun mulai menunjukkan kepeduliannya terhadap sampah. Bak sampah yang ada mulai berfungsi dan dinding warna-warni menjadi pengingat warga agar tidak membuang sampah sembarangan. Lingkungan yang diharapkan menjadi kampung indah, bersih, nyaman, dan berwarna nantinya bisa terwujud.

Sebagai ketua RW 2, S. Parin menjelaskan, inovasi Jodipan harus terus dilakukan agar tetap menarik wisatawan. Hal itu dimusyawarahkan ketika rapat yang diikuti oleh warga, Ketua RT dan RW, Tim UMM, dan ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (26/8). Bertempat di RT 7 RW 2, agenda membahas bagaimana Jodipan kedepan. Terkait kenyamanan pengunjung diperlukan fasilitas yang mendukung, seperti misalnya toilet. Namun sayangnya, keberadaan kamar mandi umum di dekat bantaran sungai itu belum memadai. “Biasanya warga berinisiatif mengisi bak-bak toilet karena air tidak dapat mengisi,” tuturnya.
Menurut Fahd Afdallah salah satu tim GuysPro memaparkan, CSR yang baik harus memiliki nilai keberlanjutan (sustainable) bagi warga. CSR akan dianggap berhasil jika warga berkembang tanpa tendensi untuk bergantung. Kedepannya, warga harus mandiri dengan keahlian yang dimiliki. “Warna-warni itu akan menjadi pemicu untuk meningkatkan kesejahteraan mereka,” pungkasnya.

Turut hadir saat rapat bersama warga, Asep Nurjaman sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMM antusias memberikan pengarahan. Dalam kesempatan itu, Asep beserta tim ajak kemandirian warga melalui pemberdayaan masyarakat.
Lanjut Asep, nantinya warga akan diberi pelatihan untuk menciptakan kreativitas mereka. Apakah dengan suvenir dan kuliner warna-warni atau usulan langsung dari warga. Meningkatnya pengunjung ke kampung warna-warni menjadi masalah jika warga tidak siap menangkap potensi yang ada. “Warga harus memiliki bekal untuk diri mereka sendiri menyambut tamu (pengunjung) ke kampung mereka,” tuturnya.