Angka kehamilan tak diinginkan di Jawa Timur (Jatim) disebut meningkat signifikan selama pandemi covid-19. Fenomena ini diduga karena banyaknya pasangan suami istri yang bekerja dari rumah seperti yang dianjurkan pemerintah.
Dilansir Malang Times, setidaknya ada 7,07% kehamilan yang tak diinginkan. Prosentase itu tercatat di Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur (DP3AK) Jatim.
Wakil Ketua Komisi E Bidang Pendidikan DPRD Provinsi Jawa Timur, Hikmah Bafaqih yang mengungkapkan data tersebut dalam Webinar Nasional “Peran Keluarga dalam Menghadapi New Normal Life”. Webinar itu digelar Pusat Studi Gender dan Anak & Dharma Wanita Persatuan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang (UIN Malang), Senin (22/6/2020).
“Karena itu, kami cukup cerewet untuk memastikan layanan KB tetap berjalan. Sayangnya, posyandu di daerah zona merah tidak berjalan,” kata Hikmah.
Kehamilan Tak Diinginkan di Jatim Mengkhawatirkan
Hikmah mengkhawatirkan meningkatnya angka kehamilan tak diinginkan itu bisa menyebabkan terjadinya baby boom. Yang dimaksud baby boom adalah melonjaknya jumlah bayi yang lahir di Jatim.
Baby boom menurutnya juga berpotensi menjadi bonus demografi yang berlangsung lama hingga 2030. Kekhawatirannya itu muncul usai melihat data dari FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat) Unair (Universitas Airlangga).
“Ini kalau terus seperti ini dikhawatirka bakal terjadi bonus demografi yang diperpanjang hingga 2030 tapi kurvanya miring ke kiri,” paparnya.
Yang dimaksudnya dengan kurva usia produktif yang miring ke kiri itu adalah kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) yang indikasinya tidak terlalu baik.
“Kita bayangkan bagaimana ibu-ibu hamil melahirkan di masa pandemi, di tengah tekanan baik fisik dan psikis,” tandasnya.
Discussion about this post