Angka pernikahan dini diprediksi melonjak di dunia, termasuk di Malang Raya, pascapandemi covid-19 nanti. Prediksi ini disampaikan seorang pakar pernikahan anak dari lembaga amal World Vision, Erica Hall.
Menurut analisanya, pandemi covid-19 ini menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaannya. Hal ini menyebabkan angka kemiskinan meningkat. Selain itu, banyak anak usia dini yang terpaksa harus putus sekolah.
Tiga faktor tersebut berpotensi mendorong si orang tua untuk menikahkan anaknya di usia dini. Bisa jadi, hal ini harus dilakukan demi mengurangi beban ekonomi keluarga miskin.
“Ketika terjadi krisis, seperti perang, bencana alam, atau pun pandemi, angka pernikahan dini pada anak-anak meningkat,” kata Erica Hall seperti dilansir Reuters.
Pernikahan Dini Diprediksi Melonjak Dua Tahun ke Depan
Prediksi yang dikeluarkan World Vision itu dikeluarkan untuk dua tahun ke depan. Bahkan, mereka sudah mengantongi angka-angka prediksi itu.
Dalam laporannya, Wordl Vision merilis setidaknya di dunia akan ada empat juta pernikahan anak dalam kurun waktu dua tahun ke depan. Menariknya, Hall mengklaim butuh waktu satu dekade untuk mengakhiri tren pernikahan dini tersebut.
“Jika kita tidak mulai memikirkan cara mencegahnya sekarang, maka akan terlambat. Kita tidak bisa menunggu sampai krisis kesehatan ini berlalu,” imbuhnya.
Penutupan Sekolah Turut Berperan
Hall menyebut, penutupan sekolah di mana-mana demi memutus mata rantai persebaran covid-19 turut berperan membuat angka pernikahan dini itu melonjak. Apalagi, penutupan ini tanpa batas waktu yang ditentukan.
Menurutnya, penutupan sekolah mempersulit jalan penyebaran edukasi tentang efek negatif pernikahan di usia anak-anak. Meski diakuinya, menikahkan anak adalah salah satu cara orang tuanya untuk bertahan hidup, tetapi hal itu tak bisa serta-merta dibenarkan.
“Perkawinan pada anak ini merupakan strategi bertahan hidup. Bukan berarti orangtuanya kejam, tapi kerena mereka tidak punya pilihan lain untuk bertahan hidup,” tambahnya.
Angka Risiko Kehamilan Remaja Turut Meningkat
Hall juga memprediksi pandemi covid-19 juga ikut membuat angka risiko kehamilan pada remaja meningkat. Penyebabnya, lantaran para perempuan susah mengakses layanan kesehatan reproduksi.
“Di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan terdapat 12 juta anak perempuan berusia di bawah 18 tahun dinikahkan,” tandasnya.
Discussion about this post