Satu Suro menjadi hari penting bagi masyarakat Jawa. Terutama yang masih memegang kepercayaan kejawen, malam satu suro menjadi salah satu malam yang sakral untuk ritual. Dalam hari pergantian tahun ini, ada beberapa lelaku yang dipercaya akan membawa hal baik bagi diri sendiri, keluarga, maupun sekitar.
Ritual Malam Satu Suro
Ziarah Kubur
Berziarah ke makam leluhur menjadi salah satu ritual di malam satu suro. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mendoakan dan merawat makam leluhur itu sendiri. Sebab makam merupakan monumen sejarah yang dapat dijadikan media mengenang dan meneladani jasa-jasa maupun amal kebaikan beliau semasa hidupnya. Selain itu, makam menjadi salah satu pengingat bahwa kita semua akan mati dan kembali pada Tuhan.
Tapa Mbisu alias Membisu
Bulan Suro menjadi bulan yang dianggap sakral oleh asyarakat Jawa. Konon, dalam bulan Sura yang penuh tirakat, doa-doa lebih mudah terwujud. Seperti pepatah bilang bahwa perkataan adalah doa, maka di malam satu suro ada ritual bernama Tapa Mbisu alias membisu. Sikap ini dimaksudkan agar kita selalu mengontrol mulut untuk berbicara dan mengucapkan hal-hal yang baik saja.
Sesajen Bunga
Salah satu ritual di malam satu suro yakni menyiapkan sesaji bunga setaman yang diletakkan pada wadah berisi air bening. Sesaji ini kemudian diletakkan dalam rumah. Bunga setaman yang terdiri dari bunga mawar merah, mawar putih, melati, kantil, dan kenanga ini memiliki makna tersendiri. Ada doa-doa agung kepada Tuhan yang tersirat di dalamnya.
Larung Sesaji
Tidak hanya menyiapkan sesaji bunga di rumah, larung sesaji juga dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan dan alam semesta. Uborampe atau ragam bahan ritual disajikan (dilarung) ke laut, gunung, atau ke tempat-tempat tertentu.
Filosofi dalam larung sesaji ini sejatinya memiliki nilai-nilai yang baik. Pertama, dalam melaksanakan ritual ini, hati tetap berpegang teguh pada keyakinan bahwa Tuhan satu-satunya dan yang Maha Kuasa. Kedua, larung sesaji sebagai simbol penghargaan manusia terhadap alam sebagai sumber penghidupan manusia. Ketiga, Larung sesaji juga merupakan bentuk interaksi harmonis antara manusia dengan seluruh unsur alam semesta, terutama dengan dunia metafisik atau gaib.
Jamasan Pusaka
Seperti dalam sejarah peringatan malam satu suro, ritual yang dilakukan Sultan Agung adalah mencuci, membersihkan, dan mendoakan pusaka. Kegiatan ini memiliki filosofi sebagai simbol seseorang yang membersihkan dirinya guna menyambut masa yang akan datang, yaitu tahun baru.
Baca juga: Lelaku Siraman di Malam Satu Suro
Subscribe channel Youtube kami dan ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania