Dalam beberapa tahun teakhir, Malang giat menyuarakan kampanye budidaya buah langka. Tujuannya, ta hanya untuk melestarikan buah-buah asli daerah, namun juga untuk menggempur buah-buah impor. Salah satu buah yang menarik untuk dikulik adalah buah Kepel.
Buah yang berasal dari pohon dengan nama latin Stelechocarpus Burahol ini ternyata sudah terkena sejak dulu kala. Konon, buah ini sangat tersohor dan menjadi buah kegemaran putri keraton, khususnya keraton Jawa, Yogyakarta. Entah bagaimana caranya, buah kepel berkembang luas hingga mencapai Jawa Timur, terutama daerah Malang.
Buah kepel terkenal dengan nama yang bervariasi tergantung daerahnya. Beberapa menyebutnya pohon kecindul, cindul, simpol, burahol, dan turalak. Sementara itu, dalam Bahasa Inggris, tanaman langka ini dikenal sebagai kepel apple. Nama Kepel berasal dari ukuran buahnya yang sebesar ukuran kepalan tangan orang dewasa. Bukan sembarang nama, ternyata Kepel penuh filosofi. Kepalan tangan ini menjadi perlambang kesatuan dan keutuhan mental dan fisik alias adhiluhung.
Pohon Kepel
Pohon Kepel ini tergolong tanaman tinggi, karena rata-rata tingginya mencapai 25 meter dengan diameter batang 40 cm. Terdapat benjolan-benjolan pada kulit batangnya. Benjolan-benjolan ini yang merupakan bekas tempat bunga dan buah. Uniknya, bunga dan buah kepel tumbuh dari batang pohon, bukannya dari pucuk ranting atau dahan seperti buah pada umumnya.
Kepel memiliki daun tunggal, lonjong meruncing dengan panjang antara 12-27 cm dan lebar lima hingga sembilan cm. Daun pohon kepel berwarna hijau gelap. Bunganya berkelamin tunggal nan harum. Bunga jantan terdapat pada batang bagian atas atau cabang yang tua bergerombol antara 8-16. Sedangkan bunga betina hanya ada pada batang bagian bawah.
Buah kepel tumbuh menempel pada sekujur batang pohonnya. Buahnya berbentuk bulat lonjong dengan bagian pangkal agak meruncing. Warnanya coklat agak keabu-abuan, dan ketika sudah tua akan berubah menjadi coklat tua. Daging buahnya berwarna agak kekuningan dan cenderung kecoklatan membungkus biji yang berukuran lebih besar. Jika dijilat, buak kepel akan terasa manis di lidah.
Habitat dan persebaran pohon kepel tersebar dalam kawasan Asia Tenggara, mulai dari Malaysia, Indonesia hingga Kepulauan Solomon, bahkan hingga Australia. Pohon ini mampu tumbuh pada habitat berupa hutan sekunder yang terdapat pada dataran rendah hingga ketinggian 600 mdpl, kawasan Malang selatan (Kabupaten Malang) contohnya.
Manfaat Buah Kepel
Kepel memiliki khasiat yang tak kalah dengan buah-buah impor. Buah Kepel bermanfaat sebagai deodoran (penghilang bau badan) bagi para putri keraton. Kabarnya, buah ini juga mempunyai berkhasiat untuk kecantikan. Daging buahnya berkhasiat untuk memperlancar air kencing, sehingga mencegah inflamasi ginjal.
Tak hanya buahnya, kayu pohon Kepel dapat bermanfaat sebagai bahan industri garmen atau bahan perabot rumah tangga dan bahan bangunan. Hal ini terjadi karena kayu Kepel tahan lama, dan sanggup bertahan hingga lebih dari 50 tahun. Daun kepel bisa juga bermanfaat untuk mengatasi asam urat. Daun kepel yang dibuat lalapan pun mampu menurunkan kadar kolesterol yang tinggi.
Tanaman Langka
Kelangkaan tanaman ini bisa jadi karena adanya sebuah anggapan pohon ini sebagai pohon keraton yang hanya pantas ditanam di istana. Rakyat jelata, khususnya masyarakat Jawa memiliki kecenderungan akan merasa takut kuwalat (celaka) jika menanam pohon ini. Selain itu, tak sedikit masyarakat juga merasa buah ini sebagian besar isi buahnya dipenuhi biji, sehingga mengurangi minat orang untuk membudidayakannya.
Anak jaman 90-an dan 2000-an masih ingat jajanan ini? Yang mana favoritmu? Baca: Throwback! 4 Gulali Populer Tempo Dulu