Bunga Aster Pikok, salah satu jenis bunga potong hias yang tak kalah populer dengan bunga mawar. Banyak terdapat dalam kawasan Kota Batu, terdapat sebuah kisah menarik bagaimana bunga ini kini menjadi populer sebagai bunga dekorasi pelaminan.
Tentang Aster Pikok sendiri merupakan sebuah bunga yang berasal dari Tiongkok dengan tinggi rata-rata 30-70 cm. Berbeda dengan bunga aster pada umumnya yang berdiameter 5-8 cm, Aster pikok memiliki bentuk yang lebih kecil lagi. Umumnya, dalam satu tangkai terdapat banyak bunga yang tersusun bergerombol. Umumnya, warna yang sering kita jumpai adalah warna putih dan ungu.
Rata-rata Aster Pikok berumur satu tahun. Bunga ini tidak mengenal musim untuk berbunga, maka tak sulit untuk menemukannya. Tanaman hias ini banyak tumbuh pada daerah dataran tinggi dan berhawa yang sejuk seperti Kota Batu.
Aster Pikok, Bunga Dekorasi Pelaminan
Adalah Suja’i, salah seorang petani bunga Desa Ngaglik, Kota Batu, yang membudidayakan Aster Pikok langsung dari kebun miliknya. Pria paruh baya itu menanami kebunnya dengan tiga varian Aster Pikok, yakni berwarna putih, ungu dan merah muda. Menurutnya, waktu panen bunga aster yang biasa tak sampai setengah tahun, tepatnya hanya tiga bulan saja.
Di Indonesia, aster termasuk komponen penting dalam dekorasi pesta-pesta perkawinan, termasuk jenis Aster Pikok. Dalam satu tangkai biasanya terdapat beberapa cabang yang ujungnya adalah kuntum bunga. Bunga ini biasa menjadi pelengkap dalam bouquet atau dekorasi dan bersanding dengan bunga lainnya.
Suja’i biasa menjual Bunga ini langsung kepada tengkulak. Per satu ikat seharga sebesar 10 ribu rupiah. Hanya saja, pria ini tidak tahu-menahu harga dari para tengkulak kepada konsumen.
Dijelaskannya, jika sudah masuk masa panen, dalam satu minggu Aster Pikok ini bisa dipanen hingga dua kali. Satu lagi kelebihan dari bunga ini adalah tidak mudah layu. Meski sudah menginap selama tiga hari pun bunga ini masih terlihat segar.