Jika mengenang sekolah di era 2000-an hingga sebelum pandemi Covid-19 menyerang, maka perlengkapan sekolah identik dengan buku tulis khusus tiap mata pelajaran, buku LKS, buku cetak, kotak pensil besar lengkap dengan isinya, hingga tas ransel dengan model dan motif warna-warni. Namun berbeda dengan sekolah di era 1950-an, satu-satunya perlengkapan sekolah yang dibutuhkan adalah sabak dan grip. Apa itu?
Alat Tulis Wajib
Sabak dan grip merupakan alat tulis wajib untuk sekolah yang sudah digunakan sejak penjajahan kolonial Belanda. Sejak SD masih bernama SR alias Sekolah Rakyat, murid di sekolah tidak memiliki buku catatan seperti yang biasa digunakan saat ini. Dahulu, kertas atau buku memiliki harga yang terbilang cukup mahal, maka Sabak adalah alternatifnya. Alat ini menjadi media penting bagi murid-murid untuk membantu memahami materi pelajaran.
Sabak dan Grip
Sabak terbuat dari batu karbon yang dicetak tipis dan berbentuk persegi. Jika dilihat-lihat sekarang, penampakannya mirip dengan papan tulis kecil. Bedanya, untuk menulis diatasnya tidak menggunakan kapur, melainkan menggunakan grip. Grip bisa disebut “pensil”-nya sabak. Maka tidak heran, kedua alat tulis ini tidak terpisahkan.
Tidak sulit menulis di atas sabak, sebab sudah ada garis bantu yang tidak akan hilang meski tulisannya dihapus. Garis bantu ini juga dapat memastikan tulisan/catatan menjadi lebih rapi. Jika menulis menggunakan grip, maka cara membersihkannya cukup dicuci dengan air atau menggosoknya menggunakan arang.
Pada masanya, penilaian dari Guru diberikan menggunakan kapur yang ditulis di atas sabak. Entah sebuah kebiasaan saja atau memang sudah seharusnya, anak-anak akan menempelkan nilai kapur ini ke pipi maing-masing. Wah, seru juga ya!
Baca juga: Membandingkan Zoom dan Google Meet, Aplikasi untuk Sekolah Daring
Subscribe channel Youtube kami, ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania.