Jika mendengar kata cikar, mungkin beberapa orang bertanya-tanya dan merasa asing dengan kendaraan tradisional ini. Nyatanya, memang angkutan yang mirip dokar ini udah jarang sekali digunakan. Pada masanya, cikar umumnya digunakan sebagai angkutan hasil bumi.
Berbeda dengan dokar yang bertenaga kuda, cikar ditarik oleh sapi. Gerobak yang digunakan pun berbeda. Angkutan ini memiliki gerobak yang relatif lebih besar dengan bentuk seperti rumah-rumahan pada atapnya. Tidak heran, ruang yang luas ini digunakan sebagai tempat angkut hasil bumi, ya.
Terbuat dari Kayu
Kendaraan satu ini sebagian besar bagiannya terbuat dari kayu. Gerobak cikar dilengkapi dua roda besar di sisi kanan dan kirinya. Tidak seperti ban kekinian yang menggunakan besi sebagai rangkanya, roda cikar terbuat dari kayu berlapis karet ban di tepiannya. Gerobak yang dibuat dari kayu memiliki bagian yang melintang ke depan.
Kayu melintang pada gerobak dihubungkan dengan pedati yang ditarik oleh sapi. Tentu jumlahnya menyesuaikan sapi yang menjadi sumber utama tenaga penggeraknya. Pedati tunggal untuk satu sapi penarik, dan pedati ganda untuk dua sapi penarik.
Hanya Sapi Pilihan
Sapi penarik ini ternyata bukan sembarang sapi. Salah satu syarat utama menjadi sapi penarik cikar adalah yang memiliki unyeng-unyeng alias pusaran rambut yang berada di tengah kepala. Konon, tanda unik ini menunjukkan jika sapi tersebut tidak takut makhluk halus. Sapi penarik cikar juga harus yang berukuran besar, karena beban muatannya yang banyak. Satu hal yang dapat dilakukan untuk membuat sapi tumbuh besar adalah dengan cara mengebirinya.
Laju cikar terbilang cukup lambat, karena seirama dengan kecepatan berjalan sapi. Penggunaannya sebagai angkutan hasil bumi memang tidak dipaksakan untuk bergerak seperti angkutan balap. Pergerakan lambat ini memiliki kelebihan tersendiri, anak-anak sering nggandol untuk menumpang berangkat ke sekolah. Meski tidak menggunakan pengaman dengan standart tertentu, cikar menjadi angkutan aman dan nyaman bagi anak-anak.
Angkutan Hasil Bumi ke Kota
Cikar difungsikan sebagai kendaraan pengangkut hasil bumi ke Kota. Di Malang, keberadaannya banyak dipunyai oleh penduduk di kawasan kabupaten Malang untuk mengangkut hasil bumi seperti padi, jagung, dan lain sebagainya ke Malang. Perjalanan dari daerah ke kota relatif memakan waktu, dari Turen ke Gadang contohnya, penduduk memerlukan waktu seharian, dari pagi hingga sore.
Meskipun pilihan kendaraan yang lebih cepat, kereta Malang Stoomtram Maatschappij sudah ada di jalur Turen, cikar tetap menjadi andalan bagi sebagian orang.
Angkutan Mewah
Meski terlihat sederhana, cikar dianggap sebagai kendaraan mewah bagi masyarakat Malang. Pemiliknya memiliki surat kendaraan yang berbentuk seperti BPKB (Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor). Tidak hanya itu, ternyata angkutan satu ini juga memiliki plat unik. Kemudian dari surat kendaraan itulah pemilik diwajibkan untuk membayar sejumlah pajak.
Bicara tentang pajak, di tahun 1970-an bentuk pajak untuk angkutan satu ini berbentuk seperti stiker yang mirip dengan peneng sepeda pancal. Stiker tersebut tetap dipertahankan hingga akhir tahun 1990-an.
Baca juga: Mencicipi Kopi Ekspor di Golden Heritage Koffie
Subscribe channel Youtube kami, ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania.