Dalam buku Cerita Rakyat dari Tengger karya YPB Wiratmoko disebutkan kisah Sadewa, si bungsu dari Pandawa Lima melawan Kalanjaya dan Kalantaka. Kedua raksasa itu merupakan utusan Kurawa dari Kerajaan Astina.
Pada suatu hari, di Kerajaan Astina, Prabu Duryudana menghadapi Patih Sangkuni dan para Kurawa. Dalam pertemuan itu, sang prabu sedang bertukar pendapat dengan Patih Sangkuni soal bagaimana cara mengurangi kekuatan Pandawa Lima yang terdiri dari Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa.
“Paman Sangkuni, bagaimana cara kita mengurangi kekuatan Pandawa Lima agar dalam perang besar Baratayuda nanti, Kurawa unggul?” kata Prabu Duryudana.
“Perkara tersebut sebaiknya kita serahkan saja pada Kakang Resi Bagawan Durna,” jawab Sangkuni.
“O ya, sang Prabu. Bapa Bagawan tak keberatan, nanti Bapa yang akan merencanakan supaya kekuatan Pandawa Lima berkurang!” kata Bagawan Durna menyambung ucapan Patih Sangkuni.
Ketika mereka sedang asyik berdebat, tiba-tiba di luar istana datang dua raksasa, Kalanjaya dan Kalantaka. Mereka hendak menghadap kepada Prabu Duryudana. Setelah dipersilakan naik ke sitinggil Astina, dan menghadap Prabu Duryudana, keduanya pun menyampaikan maksud kedatangan mereka. Sang prabu tak menyangka, kedua raksasa itu ternyata ingin menjadi murid Bagawan Durna, sekaligus ingin diruwat seperti layaknya manusia.
Bagawan Durna yang memiliki Serat Pangruwating Diyu bersedia meruwat raksasa Kalanjaya dan Kalantaka dengan satu syarat. Kedua raksasa itu diterima sebagai muridnya asalkan dapat mempersembahkan lima manusia yang semuanya laki-laki dan masih ada hubungan saudara. Yang dimaksudkannya adalah Pandawa Lima.
Dengan senang hati, raksasa Kalanjaya dan Kalantaka menyanggupinya. Maka, pergilah keduanya menuju ke Kerajaan Amarta, tempat Pandawa Lima tinggal.
*******
Di tempat lainnya, bernama Padepokan Prangalas, ada seseorang bernama Bagawan Tambrapetra yang memiliki putri bernama Dewi Soka dan adiknya Dewi Pradapa. Sejak kecil keduanya telah menjadi anak yatim karena sang ibu telah meninggal dunia.
Pada suatu malam, Dewi Soka bermimpi bertemu satria tampan dari Kesatrian Bumiratawu, bernama Raden Sadewa. Dalam mimpinya itu, Raden Sadewa menyatakan cintanya pada Dewi Soka. Itulah sebabnya Dewi Soka memohon kepada ayahandanya, Bagawan Tambrapetra, untuk mencari Raden Sadewa di Kasatrian Bumiratawu. Bahkan, Dewi Soka hingga menangis agar sang ayahanda mengizinkan.
Pagi-pagi benar, Bagawan Tambrapetra mengantarkan dua orang putrinya berangkat ke Kesatriyan Bumiratawu mencari Raden Sadewa. Perjalanan mereka melewati hutan dan menyeberangi sungai. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan dua raksasa, Kalanjaya dan Kalantaka, yang juga sedang menuju ke Kerajaan Amarta.
Tak disangka, raksasa Kalanjaya dan Kalantaka tertarik pada kecantikan dua putri Bagawan Tambrapetra. Bahkan, keduanya hendak dijadikan istri. Namun, Dewi Soka dan Dewi Pradapa menolaknya. Akhirnya, mereka kabur dan kedua raksasa itu mengejar.
Kemudian, Dewi Soka dan Dewi Pradapa sampai juga di Kerajaan Amarta. Mereka memohon perlindungan kepada Prabu Yudistira. Raden Sadewa pun yang diutusnya untuk menumpas raksasa Kalanjaya dan Kalantaka.
Perang tandang antara Raden Sadewa dan raksasa Kalanjaya dan Kalantaka. Setelah berlangsung cukup sengit, Raden Sadewa menjambak rambut kedua raksasa itu dengan segenap kekuatannya. Lalu, kepala kedua raksasa itu diadu, hingga keduanya sirna.