Jika kini kawasan Soekarno Hatta adalah kawasan yang padat dengan aktivitas lalu lintasnya, mari mengenang jalanan Malang di tahun 80-an. Kawasan tersebut dulu masih berupa hutan dan kebun liar milik warga. Di tempat yang sering ditemui hewan-hewan hutan seperti luwak dan trenggilig ini dulu dinilai kurang pas untuk pengembangan Kota Malang.
Kampung Korak
Soekarno Hatta ini berada di dua kampung yang sama-sama dalam kawasan kecamatan Lowokwaru Malang, yakni Jatimulyo dan Tulusrejo. Di tahun 80-an, kampung ini populer dengan sebutan Kampung Korak. Meski jika dibandingkan kampung Polehan, Jodipan, dan Muharto, Geng Kampung Korak masih kalah eksistensinya.
Jalan Makadam
Saat itu, belum terdapat akses jalan besar seperti sekarang. Satu-satunya jalan besar yakni jalan Kedawung, yang bermula dari pertigaan jalan Letjen S. Parman, dan membujur dari timur ke barat. Jangan dibayangkan jalanannya sudah bagus dan beraspal, namun masih berbentuk makadam alias berbatu.
Selain jalan Kedawung, jalanan lain yang lebih kecil ada pada Kawasan Tembalangan. Di sini terdapat sebuah jembatan kecil yang dibuat swadaya oleh masyarakat sekitar. Jembatan setapak ini sempat rusak dan kemudian direnovasi oleh Pemerintah dengan menggandeng Radar Malang dan Universitas Brawijaya. Tak hanya itu, Tembalangan juga menjadi kawasan dengan jalan-jalan kecil. Jika ke arah Barat menjadi penghubung ke Soekarno Hatta, dan arah Timur ke daerah Samaan melalui Jalan Srigading atau Jalan Tapak Siring.
Seram dan Angker
Dengan keadaan yang masih berupa hutan dan pekarangan liar milik warga, bisa dibayangkan sebelum tahun 90-an kawasan Soekarno Hatta Malang ini menjadi tempat yang seram dan angker. Jika beberapa orang enggan melewati kawasan seram ini, maka berbeda dengan anak-anak sekitar. Mereka sangat antusias menghabiskan waktunya di tempat yang sepi penduduk dan memiliki akses bebas ke sungai Brantas ini. Anak-anak kerap bermain, memetik buah liar di perkebunan dan bahkan mandi di sungai. Sungguh kebahagiaan yang tidak mudah dilupakan.
Pembangunan Soekarno Hatta Malang
Pada tahun 1992, Pemerintah membangun sebuah jembatan yang kini dikenal dengan Jembatan Soekarno Hatta. Jembatan ini terhubung langung dengan jalan yang berujung di jaan Borobudur. Jika kini kita tahu Soekarno Hatta punya 2 jembatan namun berbeda bentuknya, itu karena jembatan tersebut tidak dibangun bersamaan. Jembatan pertama dibangun tahun 1992 menggunakan rangka baja, kemudian dibangun jembatan kedua dengan cor semen.
Akses jalan yang semakin baik, dan keberadaan dua Universitas besar di Malang, membuat harga tanah di kawasan Soekarno Hatta melonjak naik. Dua kampus tersebut yakni Universitas Brawijaya dan Politeknik Negeri Malang. Letak yang strategis membuat Soekarno Hatta semakin lama semakin berkembang, kawasan ini menjadi pusat bisnis dengan target utama anak muda dan mahasiswa.
Baca juga: Suka Kuliner Food Truck Khas Korea, Datang Saja ke Gildak Suhat
Subscribe channel Youtube kami, ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania.