Candi Sapto, sebuah peninggalan sejarah yang berada pada wilayah Kasembon, Kabupaten Malang bagian barat. Lokasinya dapat ditemukan tepatnya di Desa Bayem atau kurang lebih berjarak 54 kilometer dari Kota Batu. Candi ini merupakan candi Budha yang pada saat penemuannya tidak berbentuk sebuah bangunan, namun sekumpulan arca. Bagaimana ceritanya?
Lima Arca
Candi Sapto berada pada areal yang cukup luas, yakni 500 meter persegi. Pada sekelilingnya, Anda dapat menemukan pohon atau tanaman-tanaman perdu sebagai pembatasnya. Cerita tentang asal-usul candi ini tidak begitu jelas karena kurangnya sarana informasi dari pemerintah Kabupaten Malang sendiri. Hanya saja, saat Anda mengunjungi tempat ini, Anda akan mendapati lima buah arca yang berkumpul membentuk setengah lingkaran dan menghadap ke arah gunung Kelud.
Nama Candi Sapto mungkin membawa sedikit informasi akan keberadaannya. Dalam bahasa Jawa, Sapto berarti Tujuh. Meski begitu, perlu lebih banyak clue lagi untuk menguak apa maksud dari nama “Sapto” ini, karena julamh arca yang ada hanya berjumlah lima saja. Semua arca ini kondisinya terpotong hanya setengah badan, dan kelimanya tanpa kepala. Bahkan, salah satunya sudah tidak begitu berbentuk dan hanya tersisa batunya dengan tumpukan yang sembarangan.
Penelusuran Arkeolog
Melansir dari Arkeolog Ekspedisi Samala Malang Post, Dwi Cahyono menerangkan, penamaan Candi Sapto berasal dari penemuan tujuh arca yang berada pada kawasan tersebut.
Menurutnya, berdasarkan lokasinya, arca dalam kawasan Candi Sapto tersebut adalah arca dari dewa mahayana budhisme. Dwi menjelaskan, dalam pantheon budhisme Mahayana terdapat banyak budha, beberapa yakni dyanibudha dan dyanibodhisatwa. Dua jenis budha tersebut dibedakan berdasarkan pakaian kebesaran.
Dyanibudha tidak memakai pakaian kebesaran, sedangkan dyanibodhisatwa memakai pakaian kebesaran dan segala aksesorisnya seperti upawita, mahkota, kankana, dan lainnya.
Candi Sapto dan Tatanan Tujuh Arca
Tujuh arca ini merupakan sistem tatagatha, yaitu susunan dewa budhayana, konfigurasinya selalu ganjil. Empat plus satu atau enam plus satu dengan posisi wara mudra dan satu budha di tengah dengan posisi cakra mudra. Jika memperhatikan lebih lanjut, Candi Sapto mengarah pada Gunung Kelud sehingga bisa jadi fungsinya adalah penjaga Gunung kelud, peran yang hampir sama dengan Candi Bocok.
Yang menarik, jika mengamati detail arcanya, bisa saja candi ini belum selesai pengerjaannya. Buktinya, arca yang ada tidak memiiki bagian kepala, bahkan sebagian masih berbentuk bongkahan batu saja. Selain itu, ada juga arca yang masih belum memiliki ragam hias.
Dugaannya, pembangunan candi ini belum selesai namun kemudian terjadi letusan Gunung Kelud yang memang masih aktif. Sehingga, bagian yang terlihat saat ini adalah puncak candi yang terbuat dari campuran bahan batu bata berukuran besar dengan batuan andesit hasil dari lontaran gunung Kelud.
Lokasi
Jika Anda berminat mengunjungi tempat ini, Anda dapat menemukannya dengan mudah. Jika dari jalur Malang, Pujon, Kediri, Anda dapat berbelok kanan dari Kasembon setelah kurang lebih 300 meter dari SMP PGRI. Dari sana perjalanan tinggal 5 kilometer ke arah Desa Bayem. Dari perempatan tugu putih tetap lurus dan kemudian ada pertigaan SDN Bayem 2 belok kiri dan disitu lokasi Candi Sapto.