Suasana berbeda dirasakan Monita Ekasari saat kembali ke Stadion Kanjuruhan beberapa waktu lalu. Sebab, Aremanita Yogyakarta itu kembali di momen 100 hari Tragedi Kanjuruhan.
Sejak tahun 2010, Monita sudah mengklaim dirinya sebagai Aremanita. Sejak tahun 2013, Wanita yang tinggal di Gunung Kidul itu mulai fanatik dengan mengenakan segala sesuatu serba berembel-embel Arema.
Sejak saat itu pula, Monita ingin sekali datang ke Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang untuk mengawal langsung Arema. Kesempatan untuk mendukung langsung itu datang ketika tahun 2015, Arema melawan PSS Sleman di Stadion Maguwoharjo Sleman.
“Banyak yang mengajak nonton Arema ke Stadion Maguwoharjo. Karena masih sekolah, saya terbentur restu orang tua. Jadi sempat nazar, kalau sampai boleh nonton, saya akan jalan kaki dari Jalan Raya Janti sampai Stadion Maguwoharjo,” kata Monita kepada WEAREMANIA.
Kebetulan, saat itu selepas Ulangan Akhir Semester, Monita dijanjikan, kalau masuk peringkat 2 besar, bakal dikasih uang Rp50 ribu oleh Mamanya. Akhirnya, Monita mendapat rangking 2, sehingga uang itu dipakainya membeli tiket untuk nonton Arema.
“Saya dijemput oleh teman ke Gunung Kidul agar boleh nonton Arema. Saya sampai harus bilang besoknya libur, padahal hari itu masuk untuk persiapan Ujian Nasional, akhirnya harus bolos sekolah,” imbuhnya.
“Keturutan juga untuk nonton langsung Arema di stadion, tapi harus bayar nazar jalan kaki ke Stadion Maguwoharjo, ditemani salah satu anggota Aremania Korwil Jogja.”
Momen 100 Hari Tragedi Kanjuruhan Menjadi yang Ketiga Kali Bagi Monita ke Stadion Kanjuruhan
Pada momen 100 hari Tragedi Kanjuruhan, Monita kembali ke Stadion Kanjuruhan lagi. Momen itu menjadi yang ketiga kalinya ke kandang Arema.
Sebelumnya, Monita untuk pertama kali menginjakkan kaki ke Stadion Kanjuruhan pada tahun 2018. Saat itu, Monita datang bersama temannya seorang The Jakmania.
“Akhirnya keturutan nonton Arema di Stadion Kanjuruhan pada tahun 2018. Tanpa mikir ke stadionnya naik apa, tiket pertandingannya gimana, dan mau tidur di mana, pokoknya sampai Malang dulu saja,” ujarnya.
Menurutnya, waktu itu Monita belum punya banyak teman di Malang. Tiket didapatkannya dari seorang teman di komunitas suporter sepak bola nasional yang ada di Malang, tempat menginap pun didapatkannya dari seorang Bobotoh Malang.
“Setelah pertandingan itu, besoknya ada pertandingan Timnas Indonesia di Stadion Gelora Delta. Saya pun pergi ke Sidoarjo. Di sana saya ditampung anak Bonekmania selama empat hari. Sampai diajak jalan-jalan keliling Surabaya, termasuk ke Stadion Gelora 10 November,” sambungnya.
Rasanya Kembali ke Stadion Kanjuruhan Dalam Suasana Berbeda
Monita menceritakan bagaimana rasanya kembali ke Stadion Kanjuruhan dalam suasana berbeda pasca Tragedi Kanjuruhan. Ada rasa campur aduk di benaknya saat hadir dalam acara doa bersama 100 hari Tragedi Kanjuruhan.
Sebelum momen itu, terakhir Monita ke Stadion Kanjuruhan pada tahun 2019. Namun, saat itu Monita cuma di luar saja, karena tidak mendapatkan tiket.
“Pengen banget ke Stadion Kanjuruhan lagi, tapi karena fokus ke pekerjaan gak kesampaian. Sampai akhirnya keturutan ke Stadion Kanjuruhan lagi di momen 100 hari Tragedi Kanjuruhan,” tutup Aremanita kelahiran Gunungkidul, 3 April 1998 ini.
“Pastinya dengan emosional, situasi dan kondisi yang berbeda. Dengan rasa sedih, marah, kecewa, gak seperti yang diharapkan suporter pada umumnya, kalau pergi ke kandangnya dalam situasi senang, bisa ketemu saudara-saudara yang lain, nyanyi-nyanyi, mendukung tim kebanggaannya. Tapi ini rasanya sedih.”