Sekolah sekota Blitar diliburkan alias belajar secara daring saat Arema berlaga di Stadion Soepriadi melawan Dewa United, Senin (12/8/2024), pukul 15.30 WIB. Manajemen Arema menyambut keputusan Dinas Pendidikan setempat itu dengan senang hati.
Ada pihak-pihak yang menggiring opini keputusan meliburkan anak-anak sekolah dari Kelompok Belajar (KB) hingga SMP itu gara-gara Arema berkandang di Kota Blitar. Hal ini menyiratkan seolah-olah kehadiran Arema menjadi ancaman publik.
Manajer Operasional Arema, Sudarmaji justru menilai keputusan yang tertuang dalam surat bernomor 420/1447/410.101.2/2024 itu merupakan dinamika positif. Namun, cara penyampaiannya saja yang dianggapnya keliru.
“Kami sudah menerima klarifikasi dari mereka. Kami yakin tujuannya sebenarnya baik. Anak-anak diberikan kesempatan untuk nonton pertandingan Arema di Stadion Soepriadi. Itu adalah sebuah kebanggaan bagi Kota Blitar,” kata Sudarmaji.
Aturan Sekolah Sekota Blitar Diliburkan Saat Arema Berlaga Awalnya Hanya Untuk Sekolah di Sekitar Stadion Soepriadi
Sudarmaji menambahkan, dari klarifikasi Dinas Pendidikan Kota Blitar, pihaknya menerima informasi bahwa aturan pembelajaran daring itu bukan untuk seluruh sekolah sekota Blitar. Aturan itu hanya untuk sekolah di sekitar Stadion Soepriadi.
Keputusan awal itu berkaitan dengan penataan perimeter pengamanan stadion untuk laga Arema vs Dewa United. Apalagi, pihak kepolisian sudah menentukan status laga ini sebagai high risk, dengan pengamanan 700 personel ditambah 100 match steward.
“Itu awalnya hanya untuk sekolah-sekolah yang berada di lingkungan Stadion Soepriadi, karena penataan primeternya sejauh 2 km. Mungkin khawatirnya pertandingan ini akan mengganggu aktivitas belajar-mengajar,” imbuhnya.
“Arema malah bersyukur dengan kebijakan itu, karena adik-adik bisa sekolah daring pagi sampai siangnya, lalu sorenya nonton Arema bersama orang tua mereka. Gak membayangkan, stadion yang seperti itu naik grade-nya bisa menggelar pertandingan sekelas Liga 1.”