Tak banyak orang yang mengetahui jika Bendungan Sutami memiliki sebuah situs kuno yang keberadaannya sudah ada sejak sebelum bendungan tersebut ada. Situs kuno itu bernama Watu Tumpuk yang juga terkenal sebagai Mustikanya Bendungan Sutami.
Sebelum pembangunan Bendungan Sutami berlangsung pada tahun 1967, Watu Tumpuk berada tepat pada pertengahan aliran Sungai Brantas (yang kemudian alirannya menjadi sumber utama air Bendungan Sutami). Ketika keadaan sungai sedang pasang, bebatuan yang bertumpuk itu hanya terlihat sebagian saja. Saat sungai tersebut kondisinya sedang surut, maka batu bertumpuk itu menjadi tempat pusaran air dan menjadi sebuah kedung (lubuk).
Tak satu pun warga sekitar yang mengetahui sejak kapan adanya Watu Tumpuk tersebut. Pun tak ada warga yang peduli dengan keberadaannya. Hanya saja, para pekerja proyek pembangunan PLTA Bendungan Sutami secara tidak sengaja menemukannya.
Sejarah Watu Tumpuk
Melansir dari tulisan Hery Wahyudi dalam blog Sumberpucung17, awalnya mereka hendak menghancurkan batu bertumpuk itu menggunakan dinamit, namun gagal, karena dinamit yang disiapkan tidak bisa meledak. Namun, para pekerja proyek itu tak mau menyerah begitu saja.
Kemudian, para pekerja melakukan beberapa upaya pemindahan batu-batu itu dengan menggunakan dozer atau alat berat. Sayangnya, upaya tersebut juga tidak membuahkan hasil, karena dozer tidak mampu menggeser maupun mengangkat batu tersebut. Setelah itu, tak ada satupun pekerja proyek yang berani menyentuh situs tersebut.
Warga sekitar mempercayai keberadaan Watu Tumpuk ini merupakan sebuah ramalan dari nenek moyang yang menjadi kenyataan. Mereka meyakini bahwa batu bertumpuk tersebut seperti melambangkan bentuk bangunan Bendungan Sutami, yaitu tumpukan batu yang ditata rapi. Jika melihat ke belakang, adanya ramalan-ramalan yang paling terkenal adalah pada zaman Prabu Jayabaya, Raja Kediri yang memerintah pada tahun 1135-1157 M.
Sejarah lain dalam kawasan Bendungan Sutami. Sudah tahu ini? Baca: Cerita Dibalik PLTA Selorejo Ngantang