Jika mendengan kata Ngantang, Anda mungkin teringat sebuah Waduk Selorejo yang tersohor. Atau mungkin teringat dengan jalan berkelok-kelok dengan bukit Pujon yang cukup memacu adrenalin. Tahukah Anda terdapat sebuah mitos unik dari Ngantang. Ada 13 desa dalam Kecamatan Ngantang, namun mitos ini hanya berlaku untuk tiga desa saja yaitu Desa Kaumrejo, Desa Sumberagung, dan Desa Tulungrejo.
Mengutip dari kecngantang.blogspot.co.id, ketiga desa ini tergolong “pusatnya” Ngantang. Lihat saja beberapa fasilitas umumnya. Kantor Camat, PLN, Kantor Pos, Kantor Polisi dan Pasar Ngantang berada di Desa Kaumrejo. Lapangan resmi Karaeng Galesong Ngantang, Taman Makam Pahlawan Moestadjab Ngantang dan SMP Negeri 01 Ngantang berada dalam wilayah Sumberagung. Sedangkan Tulungrejo adalah desa terdekat yang berbatasan langsung dengan ke dua desa penting di Ngantang itu tanpa melalui hamparan sawah yang luas karena cuma berbatasan dengan +100m perkebunan kopi.
Sayangnya bagi warga ketiga desa ini, tiada kesempatan bagi mereka punya pacar tetangga, tetangga desa. Pasalnya, mitos yang berkembang dalam masyarakat adalah larangan menikah antar tiga desa. Menurut tetua desa, menikah antar tiga desa itu sama saja dengan ‘nyebrang segoro getih’ atau ‘menyebrang lautan darah’. Pernikahan ini hanya akan membawa musibah. Ngeri sekali ya.
Asal Muasal Mitos Desa Ngantang
Ada api pasti ada asap. Adanya mitos itu tentu saja memiliki sejarah. Untuk menelusuri mitos ini bukan perkara mudah, karena mayoritas penduduk lokal dahulu tidak mau membahas detail asal usul mitos tersebut.
Jadi, menurut “orang tua”, dahulu ada sebuah keluarga yang menghuni tiga desa ini. Saudara tertua tinggal di Desa Tulungrejo, kemudian adiknya tinggal di Desa Kaumrejo dan yang terakhir tinggal di Sumberagung. Karena Islam sudah lama sekali masuk wilayah Ngantang, sudah jelas bahwa tidak boleh menikahkan anak cucunya jika masih terikat tali persaudaraan. Ada juga yang mengatakan karena ketiga saudara itu telah terikat suatu perjanjian. Perjanjian dengan siapa dan isi dari perjanjian itu tidak ada yang tahu kebenarannya.
Kisah ini memang belum sepenuhnya benar karena belum ada bukti. Meski demikian, masyarakat tetap meyakini mitos yang berkembang secara turun-temurun ini. Bagi mereka yang nekat menikahkan anaknya yang berasal dari tiga desa tersebut, mereka harus melaluinya dengan ritual khusus.
Ada yang menarik dari nama daerah Kasembon. Ternyata bermula dari sebuah kisah cinta. Apa itu? Baca: Romantisme di Balik Sejarah Nama Kasembon