Bakso, sebuah makanan primadona warga Malang. Hidangan dari daging ini menjadi makanan sempurna untuk dikonsumsi sore hari saat cuaca dingin, maupun hujan tiba. Siapa sangka, sejarah bakso Malang sudah ada sejak awal abad ke-17?
Bakso Malang
Kuliner yang terbuat dari daging ini biasa disajikan dengan gurihnya kaldu sapi bening. Makanan ini semakin nikmat yang dicampur lengkap dengan mi, tahu, goreng, bihun, siomay, taoge, maupun telur. Terlebih lagi ditambah dengan topping bawang goreng dan seledri. Membayangkan saja, terdengar nikmat sekali!
Berbagai varian bakso tersedia di Malang, mulai dari bakso yang dijajakan di gerobak hingga di restoran. Di Malang sendiri, banyak warung atau restoran terkenal seperti Bakso Cak Man, Bakso President, Bakso Dong, Bakso Damas, Bakso Horeg, Bakso Cak Kar, Bakso Bakar Pahlawan Trip, dan masih banyak lagi. Masing-masing menawarkan cita rasa gurih yang khas, apalagi dengan menu unik seperti goreng yang tidak biasa ditemukan di tempat lain.
Kuliner Tionghoa
Sejarah Bakso Malang ternyata sangat lekat dengan kuliner Tionghoa. Nama Bakso berasal dari kata ‘Bak-So’, yang dalam Bahasa Hokkien, secara harfiah berarti ‘daging giling’. Pada mulanya, orang-orang Tionghoa menggunakan daging babi maupun olahan ikan laut sebagai bahan utama pembuatan bakso. Sehingga, awal mula adanya bakso berwarna kecoklatan dan tidak berbentuk bulat sempurna.
Berbeda dengan bakso saat ini yang terbuat dari daging sapi, warnanya menjadi keabu-abuan dan berbentuk hampir bulat sempurna. Selain itu, penyajiannya sedikit berbeda dari awal mula pembuatannya. Bakso Malang saat ini disajikan dengan kuah yang berlimpah, sedangkan bakso China tidak demikian.
Sejarah Bakso Malang
Sebelum khas menjadi kuliner Malang, sejarah bakso bemula di Tionghoa, sekitar awal abad ke-17 pada akhir Dinasti Ming. Saat itu, hidupah seorang pria bernama Meng Bo yang hidup bersama ibunya. Seiring bertambahnya usia, ibu Meng Bo kesulitan mengonsumsi daging, sehingga Meng Bo berusaha mencari cara untuk memecahkan masalah ini.
Dalam pencariannya itu, Meng Bo melihat dan akhirnya terinspirasi sebuah kue bulat dan kenyal, mochi. Meng Bo kemudian menghaluskan daging dan membentuknya menjadi bulat, mirip dengan kue mochi. Sejak saat itu lah Ibu Meng Bo dapat menikmati daging lagi dengan rasa yang tidak kalah nikmatnya dengan daging biasa.
Baca juga: Menikmati Bakso di Bakwan Subur (Non-Halal)
Subscribe channel Youtube kami, ikuti kami di Instagram dan gabunglah bersama kami di Facebook untuk menjadi bagian dari komunitas Arema dan Aremania.