Malang kota dingin terkenal dengan kulinernya yang hangat dan berkuah. Jika Anda berkunjung ke Malang dan meminta rekomendasi makanan, mungkin hampir semua orang akan menyarankan untuk mencoba Bakso Malang. Seperti sudah menjadi makanan nasional, Anda akan dengan mudah menjumpai kudapan bakso pada penjuru negeri. Bakso khas yang terkenal adalah Bakso Malang dan Bakso Solo, memang apa sih bedanya?
Bakso Solo
Jika membahas Bakso Solo, mungkin yang terlintas pertama kali adalah pentol berkuah. Benar saja, sajian bakso solo memang tergolong sangat sederhana. Kuah yang bening melengkapi sajian bakso, yakni pentol yang tersaji bersama mie kuning, bihun, seledri atau irisan sawi, tauge dan taburan bawang goreng.
Bakso solo tidak memiliki banyak varian pilihan, hanya ada bakso isi daging cincang dan bakso isi telur ayam. Baksonya khas dengan tekstur yang lebih lembut dan kenyal.
Bakso Malang
Berbeda dari Bakso Solo, Bakso Malang memilliki varian bakso yang lebih banyak. Perhatikan saja penjual-penjual sepanjang jalan Malang, Anda akan disuguhkan pilihan variasi bakso seperti bakso urat, bakso isi keju, isi sumsum, isi sosis, isi tahu, isi telur puyuh, isi cabe rawit, bahkan isi bakso mini atau terkenal dengan istilah bakso beranak. Selain itu banyak pendamping yang bisa anda nikmati seperti mie kuning, tahu goreng, lontong, ceker, tahu putih dan masih banyak lainnya.
Menurut survey nawak Ngalam, yang paling unik dari Bakso Malang adalah adanya pendamping “goreng”. Variasinya juga beragam, mulai dari yang berbentuk bulat, mirip siomay, maupun berbentuk gulung panjang.
Jadi, lebih suka Bakso Solo atau Bakso Malang?
Setelah mengetahui bedanya dari Bakso Solo, yuk cari tahu sejarahnya! Bakso Malang, Begini Sejarah Awalnya