Siapa yang tak kenal Ludruk. Kesenian khas Jawa Timur ini populer sebagai pertunjukan drama komedi. Kesenian Ludruk banyak berasal dari Surabaya, Jombang dan Malang. Secara umum, drama tradisional ini beranggotakan beberapa orang yang memperagakan cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan, dan sebagainya. Tak ketinggalan, pembawaan cerita ini diselingi dengan lawakan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik.
Dialog dan monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa. Lakon ludruk biasanya menggunakan bahasa yang lugas dan merakyat. Tak heran jika kesenian ini menjadi favorit masyarakat berbagai kalangan, mulai dari tukang becak, sopir angkutan umum, ibu rumah tangga, dan lain-lain. Penggunaan bahasa intelek dalam kesenian ludruk hanya sedikit sekali, itupun hanya sebagai pelengkap kegiatan melawak.
Ciri Khas Kesenian Ludruk
- Pemeran dalam pertunjukan ludruk lumrah melakukan improvisasi, tanpa menggunakan naskah dialog.
- Meski dmikian, ludruk memiliki pakem tertentu (konveksi)
- Pemeran wanita dalam kesenian ludruk diperankan oleh laki-laki yang berdandan layaknya wanita.
- Memiliki lagu khas, berupa kidungan jula-juli.
- Iringan musik berupa gamelan berlaras slendro, pelog, laras slendro dan pelog.
- Pertunjukan pembukanya yakni Tari Ngremo.
- Terdapat adegan Bedayan.
- Terdapat sajian/adegan lawak/dagelan dan selingan parodi.
- Lakon diambil dari cerita rakyat, cerita sejarah, dan merupakan ekspresi kehidupan sehari-hari.
- Terdapat kidungan, baik kidungan Tari Ngremo, kidungan bedayan, kidungan lawak, dan kidungan adegan.
- Tata busana sederhana menggambarkan kehidupan rakyat sehari-hari.
- Bahasa menyesuaikan dengan lakon yang saat pementasan, dapat berupa bahasa Jawa atau Madura.
- Kidungan dalam kesenian ludruk terdiri atas pantun atau syair yang bertema kehidupan sehari-hari.
- Pengemasan tampiannya terkesan sederhana, dan sangat akrab dengan penonton.
Struktur Pementasan Ludruk
1. Pembukaan, diisi dengan atraksi Tari Ngremo.
2. Selanjutnya yakni atraksi bedayan. Penampilan ini berupa paduan beberapa parodi dengan berjoget ringan sambil melantunkan kidungan jula-juli.
3. Adegan lawak (dagelan), berupa tampilan seorang lawak yang menyajikan satu kidungan lalu berkolaborasi dengan beberapa pelawak lain. Mereka kemudian berdialog dengan materi humor yang lucu.
4. Penyajian lakon atau cerita. Bagian ini merupakan inti dari pementasan. Biasanya terbagi beberapa babak dan setiap babak kembali terbagi menjadi beberapa adegan. Dalam sela-sela bagian ini biasanya terdapat selingan dengan menyajikan satu tembang jula-juli.